Ibu Hamil yang Konsumsi Obat Cacing Akan Kurangi Risiko Kematian Bayi

Minggu, 02 Mei 2021 | 16:55 WIB
Ibu Hamil yang Konsumsi Obat Cacing Akan Kurangi Risiko Kematian Bayi
Ilustrasi ibu hamil dan konsumsi obat. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ibu hamil yang menerima pengobatan cacingan akan mengurangi 14 persen risiko kematian anak dalam empat minggu pertama setelah lahir. Manfaat lainnya, merawat ibu hamil dengan obat anthelmintic juga bisa mencegah bayi lahir dengan berat badan rendah.

Penelitian dilakukan pada 95 kumpulan data Survei Kesehatan Demografis dan dikumpulkan pada lebih dari 800.000 kelahiran antara tahun 1998 dan 2018 di 56 pendapatan lebih rendah negara.

Studi dilakukan dengan menggunakan riwayat kelahiran untuk mengukur dampak pengobatan cacingan rutin selama perawatan antenatal terhadap kematian neonatal berikutnya dan berat badan lahir rendah. 

“Wanita hamil yang menerima obat cacing dikaitkan dengan penurunan 14 persen risiko kematian neonatal, tanpa perbedaan antara negara penularan tinggi dan rendah,” kata Bhavneet Walia dari Departemen Kesehatan Masyarakat, Universitas Syracuse, New York, AS. 

Baca Juga: Ibu Hamil Positif Covid-19, Ini yang Mesti Dilakukan

Ilustrasi ibu hamil. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi ibu hamil. (Sumber: Shutterstock)

“Kami juga menemukan bahwa di negara-negara dengan rendahnya penularan cacing yang ditularkan melalui tanah, pengobatan cacing menurunkan kemungkinan berat badan lahir rendah sebesar 11 persen. Meskipun hal ini agak bervariasi dalam kaitannya dengan tingkat penularan di berbagai negara," imbuhnya dikutip dari situs resmi WHO.

Data penelitian itu ditulis oleh Syracuse University, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan SUNY Upstate diterbitkan dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases.

Para peneliti mencocokkan kelahiran dengan kemungkinan menerima obat cacing selama kehamilan. Mereka kemudian memodelkan hasil kelahiran dengan kelompok yang cocok untuk memperkirakan efek obat cacing selama perawatan antenatal setelah memperhitungkan berbagai faktor risiko.

Para peneliti juga menguji efek modifikasi prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah terhadap dampak pemberian obat selama perawatan antenatal.

“Cacingan berdampak pada kesehatan wanita dan gadis usia subur dan penelitian ini mendukung fakta bahwa merawat wanita hamil dapat bermanfaat,” kata Dr Antonio Montresor, Petugas Medis, Departemen Pengendalian Penyakit Tropis Terabaikan WHO. 

Baca Juga: Covid-19 saat Hamil Tingkatkan Komplikasi 50 Persen Lebih pada Ibu dan Bayi

Ia menambahkan bahwa WHO telah lama merekomendasikan perempuan yang melakukan pencegahan cacingan pada usia reproduksi, terutama bagi daerah yang angka prevalensi infeksi cacing lebih tinggi.

Program global WHO untuk pengendalian dan pencegahan cacing yang ditularkan melalui tanah merekomendasikan pemberian obat cacing secara berkala kepada anak-anak dan perempuan usia subur.

Dengan dukungan negara yang kuat dan peningkatan ketersediaan obat-obatan yang disumbangkan oleh GlaxoSmithKline plc dan Johnson & Johnson, menurut WHO, infeksi cacing bisa dicegah. Pada 2019, misalnya, lebih dari 613 juta anak, atau 59 persen dari populasinya di dunia, telah dirawat akibat infeksi cacing.

Namun pengobatan pada perempuan usia subur secara umum relatif lebih lambat, rata-rata 23 persen ibu hamil menerima obat cacing. Tetapi di negara-negara Afrika di mana penyakit ini tersebar luas, persentase yang merawat ibu hamil lebih tinggi, mencapai rata-rata 35 persen.

WHO menjelaskan bahwa cacing yang ditularkan melalui tanah akan menelan telur mikroskopis yang terdapat pada kotoran manusia yang terinfeksi dan menyebar ke lingkungan. Cacing dewasa hidup di usus tempat mereka menghasilkan ribuan telur setiap hari. 

Pada daerah dengan sanitasi kurang memadai, telur-telur ini mencemari tanah.

Lebih dari 1,5 miliar orang, atau 24 persen dari populasi dunia, terinfeksi cacing yang ditularkan melalui tanah. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, dengan jumlah terbesar terjadi di sub-Sahara Afrika, Amerika, Cina dan Asia Timur.

Sekitar 688 juta anak perempuan dan perempuan dewasa usia subur tinggal di daerah endemik cacingan, di lebih dari 100 negara. Jumlah terbesar ditemukan di sub-Sahara Afrika, Amerika dan Asia dimana reinfeksi sering terjadi di daerah dengan penularan tinggi.

WHO menekankan bahwa pemberian obat cacing secara berkala harus tersedia untuk anak-anak dan semua ibu hamil di negara endemis. Namun, obat cacing bukanlah satu-satunya jawaban. Solusi permanen hanya dapat diperoleh dengan peningkatan substansial dalam akses ke sanitasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI