“Sel VLCAD ini bisa menjadi penanda yang baik, untuk mengidentifikasi pasien yang cocok untuk jenis terapi alpukat ini. Dan ini juga bisa menjadi penanda untuk mengukur aktivitas obat, juga penggunaan molekul dalam uji klinis pada manusia,” ungkap Dr. Paul Spagnuolo.
Belakangan, sekitar setengah dari pasien berusia di atas 65 tahun yang terdiagnosis leukemia, memasuki perawatan paliatif. Selain itu, pasien lain yang juga menjalani kemoterapi, perawatan obat beracun tersebut dikatakan bisa membunuh pasien. Karena itu perlu mendorong pengobatan yang tidak menggunakan bahan yang beracun.
Mengacu pada penelitian sebelumnya, alpukat B ini juga mengidentifikasi bagi orang yang diabetes. Dr. Paul Spagnuolo menambahkan, ia menyelesaikan penelitian ini sebagai suplemen oral, yang mampu mengobati dengan jumlah cukup sehingga dapat ditoleransi dengan baik.
“Kami menyelesaikan penelitian pada manusia ini sebagai suplemen oral, yang telah mampu menunjukkan jumlah yang cukup, sehingga bisa ditoleransi dengan cukup baik,” pungkasnya.