Pendiri BioNTech Pede Vaksin Buatannya Bisa Halau Varian Corona India

Kamis, 29 April 2021 | 12:45 WIB
Pendiri BioNTech Pede Vaksin Buatannya Bisa Halau Varian Corona India
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di India saat ini terjadi satu kematian setiap empat menit sekali akibat Covid-19, yang diduga dampak dari varian baru corona yang menyebar di India yaitu B.1.1.7, mutasi B.1.351, varian B.1.1.28.1 atau P1.

Akibatnya India mengalami lonjakan kasus Covid-19 drastis, mencapai 1 juta kasus baru dalam waktu seminggu. Namun kabar baiknya Pendiri BioNTech optimis jika vaksin buatannya yang bekerjasama dengan Pfizer bisa menangkal varian yang menyebar di India.

"Kami masih menguji varian India, namun ternyata varian di India terdiri dari mutasi yang telah kami uji dan varian itu bisa dilawan oleh vaksin kami, jadi saya yakin," ujar Ugur Sahin salah satu pendiri BioNTech, mengutip Channel News Asia, Kamis (29/4/2021).

Lebih lanjut kata Sahin, vaksin buatannya dibuat dengan teliti dan cermat serta cerdik bisa menghalau virus corona penyebab sakit Covid-19, sehingga benteng vaksin yang dibuat oleh para penelitinya mampu menangkal penyakit yang berasal dari Wuhan, China ini.

Baca Juga: Di Tempat Ini Pasien Covid-19 Bisa Dapat Layanan Spa Selama Karantina

Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)
Ilustrasi vaksin COVID-19 (pixabay)

"Vaksinnya dibuat dengan cerdik, dan saya yakin benteng yang dibuat dari vaksin akan mampu bertahan. Dan jika kami harus kembali memperkuat dan menambal benteng (vaksin) lagi, maka kami akan melakukannya, jadi saya tidak khawatir," tambah Sahin.

Sementara itu ambruknya sistem kesehatan India, yang memicu para tenaga kesehatan kelimpungan mencari bantuan oksigen dikhawatirkan bisa memicu pandemi dunia semakin parah, dan menimbulkan bencana baru.

Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan jika varian B1617 dari Covid-19 yang pertama kali ditemukan di India, sudah terdeteksi dan menyebar di setidaknya 17 negara dunia.

Sayangnya, penelitian masih terus dilakukan dan belum ada bukti jika varian ini bisa lebih berbahaya atau lebih mematikan, juga belum ada bukti jika varian ini bisa lolos dari perlindungan yang diberikan oleh vaksin.

Baca Juga: Resmi! Vaksin COVID-19 AstraZeneca Tidak Dipakai di Malaysia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI