Apa yang Membuat Varian Virus Corona India Lebih Berbahaya?

Kamis, 29 April 2021 | 10:34 WIB
Apa yang Membuat Varian Virus Corona India Lebih Berbahaya?
Virus Corona di India. [Narinder Nanu/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meningkatnya kasus virus corona di India seketika menjadi perhatian dunia. Banyak negara melarang penerbangan dari negara tersebut, termasuk Indonesia.

Terlebih Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah ada 10 warga Indonesia yang terkonfirmasi terinfeksi varian baru virus corona seperti yang berkembang di India.

"Virus itu udah masuk juga di Indonesia. Ada 10 orang yang sudah terkena virus tersebut," kata Budi dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (26/4/2021).

Varian baru virus corona dari India, dijuluki B.1.617, telah menyebabkan peningkatan kasus infeksi di negara  asalnya dengan berkembang secara cepat.

Baca Juga: Tokyo Mengonfirmasi Kasus Pertama Virus Corona Mutan Ganda dari India

Beberapa ahli khawatir varian India ini akan berubah menjadi jenis 'mutasi super' yang akan terus menyebar ke seluruh dunia.

Tingginya angka kematian per hari akibat Covid-19 di India. [Sanjay Kanojia/AFP]
Tingginya angka kematian per hari akibat Covid-19 di India. [Sanjay Kanojia/AFP]

Tidak hanya di Indonesia, varian ini juga telah terdeteksi di sejumlah negara lain, yakni di Jerman, Belgia, Inggris Raya, Swiss, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Kementerian kesehatan Inggris juga telah melaporkan beberapa puluh kasus.

Apa yang Membuat Varian Ini Berbahaya?

Menyadur DW, varian ini memiliki dua mutasi pada protein lonjakannya, alat yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia, yakni E484Q dan E484K.

Virus dapat menyebar secara cepat ke seluruh tubuh jika dapat menghindari antibodi apa pun dalam sistem kekebalan, baik antibodi dari vaksin maupun infeksi Covid-19 sebelumnya.

Baca Juga: Sudah Masuk Indonesia, Berikut Rincian Varian Baru Virus Corona India

Para ahli mengatakan ada risiko antibodi pada penyintas Covid-19 atau orang yang sudah divaksin tidak tahan terhadap varian baru ini karena kemungkinan antibodi seolah melawan bentuk virus lain.

Tetapi sebenarnya, dua mutasi pada protein lonjakan tersebut tidak sepenuhnya baru. Mutasi ini sudah teridentifikasi dalam varian lain, misalnya dari Afrika Selatan (B.1.353) dan Brasil (P1).

Dalam beberapa kasus, mutasi India juga terdeteksi pada varian Inggris , B.1.1.7.

Ada mutasi lain, seperti L452R, yang terdeteksi dalam varian virus California, B.1.429. Ini juga ditemukan pada varian di Jerman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorisasi varian India sebagai 'varian yang diminati', yang artinya sednag dipantau tetapi untuk saat ini bukan menjadi perhatian utama.

Tetapi sejumlah ahli melihat ancaman tersebut secara berbeda. Melihat perkembangan kasus saat ini, tampaknya dugaan para ahli ini kemungkinan benar.

Sebenarnya, dilansir BBC, peneliti belum memastikan apakah varian ini lebih menular atau resisten terhadap vaksin Covid-19 yang sudah beredar.

"Sebagian besar data seputar varian India tidak lengkap, dengan sangat sedikit sampel yang dibagikan, yakni 298 di India dan 656 di seluruh dunia," ujar Jeremy Kamil, ahli virologi di Louisiana State University.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI