Suara.com - Selama ini penggunaan ganja di dunia masih seringkali perdebatan. Meski beberapa negara melegalkan, namun yang lain justru bisa terkena sanksi pidana.
Namun sebuah studi yang diterbitkan oleh Exprimental and Clinical Psychopharmacology ini, minyak ganja memiliki khasiat efektif dalam mengurangi rasa sakit.
Studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di Syracuse University tersebut, menganalisis kemampuan minyak ganja (CBD) dalam menangkal rasa sakit bersamaan dengan dampak efek plasebo.
“Untuk sains dan publik pada umumnya, pertanyaannya sama, apakah menghilangkan rasa sakit diklaim karena menggunakan minyak ganja?” ungkap peneliti di syracuse University's College of Arts and Sciences, Martin De Vita.
Baca Juga: Saat Jeff Smith Ucap Ganja Tak Layak Narkoba Golongan I dan Bukunya Disita
Ia mengatakan, pertanyaan tersebut wajar terjadi. Namun zat pada minyak ganja memiliki kemampuan untuk meredakan rasa sakit.
“Itu pertanyaan yang wajar, karena kami tahu bahwa zat minyak ganja memiliki kemampuan untuk meredakan rasa sakit. Juga dapat menyebabkan perubahan yang kuat dari rasa sakit mereka,” ungkap Martin De Vita, yang dilansir dari Health Shots.
Sebelumnya, penelitian ini dilakukan lewat analisis eksperimental, yang meneliti efek obat CBD pada orang yang sedang sakit. Lewat uji coba tersebut, hasil peneliti menemukan adanya obat tersebut yang kurang mengurangi intensitas nyeri sepenuhnya.
Tetapi, Martin De Vita dan Professor Stephen Maisto menggunakan peralatan canggih untuk menginduksi nyeri panas, dan mengukur sistem saraf yang menerima obat CBD.
“Kemudian kami memberikan obat CBD murni, kemudian kami menilai respons rasa sakit mereka dan melihat kemanjuran obat tersebut berdasarkan zat yang diberikan,” ungkapa De Vita.
Baca Juga: Hormat Aktivis untuk Jeff Smith, Jalan Terjal Legalisasi Ganja Medis
Ia mengatakan, dengan cara tersebut dapat menghilangkan rasa sakit pada pasien. Sehingga obat tersebut bisa membawa harapan bagi pasien untuk mengurangi rasa sakit mereka.
“Kami akan mendeteksi analgesia plasebo yang diinduksi dari pereda nyeri. Tapi, apa yang kami temukan setelah mengukur memiliki hasil yang sedikit dari keduanya. Artinya, kami menemukan adanya peningkatan dalam pengurangan rasa sakit yang disebabkan dari obat CBD,” paparnya.
Meski obat CBD tidak mengurangi rasa sakit seutuhnya, Martin De Vita mengatakan bahwa obat CBD hanya memberi jeda dari rasa sakit yang mengganggu pasien.
“Dalam studi ini, kami menemukan bahwa CBD tidak secara signifikan mengurangi volume rasa sakit, tetapi memberi jeda dari rasa sakit yang mengganggu mereka (pasien),” ungkapnya.