Suara.com - Meski dipercaya ampuh untuk mencegah kondisi lebih berat pada pasien Covid-19, namun terapi konvalesen juga dianggap memiliki kekurangan.
Dokter spesialis anestesiologi dan reaminasi Dr. dr. Theresia Monica Rahardjo, Sp.An menganalogikan terapi plasma konvalesen dan vaksin Covid-19 sebagai teman lama dan teman baru bagi manusia.
"Plasma konvalesen ini seperti teman lama, kalau vaksin seperti teman baru. Jadi teman lama itu selalu ada kalau lagi berantem sama teman baru. Jadi terapi plasma konvalesen ini merupakan emergency exit selama ini tidak ada obatnya," papar Dokmon, sapaan akrab dokter Theresia Monica, dalam webinar 'Jejak Perempuan Inspirasi Indonesia' dari BCA, Sabtu (24/4/2021) kemarin.
Sementara itu, vaksin Covid-19 menjadi proteksi utama bagi masyarakat yang belum pernah terinfeksi virus corona Covid-19, lanjut Dokmon.
Baca Juga: Kisah di Balik Minuman Hits Dawet Kemayu, Dari Iseng Kini Punya 145 Gerai
"Intinya kelebihannya (terapi plasma konvalesen) di sini adalah dia bisa mengobati dan spesifik terhadap virus. Tetapi kelemahannya, dia itu mempunyai persyaratan yang cukup harus dipenuhi," lanjutnya.
Persyaratan sebagai pendonor plasma konvalesen cukup spesifik. Di antaranya, harus penyintas Covid-19 yang sudah 14 hari bebas dari gejala. Penyintas harus dinyatakan sembuh atau PCR negatif dua kali dan diutamakan laki-laki yang belum pernah menerima transfusi darah.
Dokmon mengatakan, penyintas Covid-19 perempuan boleh menjadi pendonor plasma konvalesen selama antibodinya mencukupi. Mereka juga harus belum pernah melahirkan dan belum pernah menerima transfusi darah.
"Karena perempuan yang sudah pernah hamil atau sudah pernah menerima transfusi darah, pernah keguguran atau pun pernah punya anak, ia kemungkinan di dalam tubuhnya ada HLA (human leukocyte antigen), faktor lain yang kemungkinan bisa jadi penyebab reaksi alergi paru-paru berat," jelasnya.
"Tapi kalau perempuan masih single, belum pernah menerima transfusi darah, ya oke saja selama kadar antibodinya mencukupi," tambah Dokmon.
Baca Juga: Amerika Serikat Lanjutkan Penggunaan Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Namun seperti pengobatan medis pada umumnya, diakui Dokmon bahwa terapi plasma konvalesen juga ada efek sampingnya.
"Efek samping itu pasti ada pada setiap metode. Resikonya itu sama seperti transfusi darah pada umumnya, yaitu alergi dari ringan ke berat. Alergi yang berat itu dicegah dengan persyaratan yang tadi," pungkasnya.