Suara.com - Tubuh kita membawa berbagai macam jenis bakteri usus. Tetapi pada anak yang kekurangan gizi, keberagaman bakteri kurang sehingga pertumbuhan mereka terhambat.
Tetapi, sekarang ada suplemen makanan yang dapat membantu memulihkan masalah bakteri usus ini pada anak-anak malnutrisi, membantu mereka menambah berat badan dan tumbuh sehat, lapor Live Science.
Uji klinis suplemen dilakukan di distrik Mirpur di Dhaka, Bangladesh. Peneliti menciptakan suplemen makanan baru ini dari bahan yang tersedia secara lokal, seperti buncis, tepung kedelai, kacang tanah, pisang hijau, minyak dan gula.
Dalam studi yang terbit di The New England Journal of Medicine ini, peneliti merekrut 118 anak malnutrisi akut sedang dengan usia antara satu tahun hingga 1,5 tahun.
Baca Juga: Bisakah Pola Makan Pengaruhi Radang Usus? Simak Kata Ahli Berikut
Separuh anak menerima intervensi gizi 'Formula Ready to Use Therapeutic Food' (RUTF), sementara separuhnya menerima suplemen makanan baru yang disebut 'microbiota-directed complementary food prototype' (MDCF).
RUTF yang digunakan dalam uji coba mengandung bahan lokal yang kebanyakan beras dan lentil. Tetapi makanan ini tidak dipilih secara khusus untuk memberi makan mikrobioma usus.
Anak-anak yang menerima suplemen harus meminumnya dua kali sehari selama tiga bulan, kemudian menjalani satu bulan masa tindak lanjut.
Peneliti mengukur berat badan, panjang dan lingkar lengan anak-anak, melacak perubahan sepanjang waktu, dan menemukan bahwa anak-anak yang diberi MDCF tumbuh dan bertambah berat badan lebih cepat dibandingkan anak yang menerima RUTF.
Tim studi juga mengumpulkan sampel darah untuk menilai protein dalam plasma anak-anak, dan sampel tinja, untuk menganalisis bakteri usus mereka.
Baca Juga: Wanita ini Makan Seblak Tiap Momen, Warganet: Ditunggu Info Usus Buntunya
Anak-anak yang diberi suplemen baru menunjukkan peningkatan lebih besar pada 70 protein plasma yang terkait dengan perkembangan, daripada yang diberi RUTF. Ini termasuk protein kunci untuk pertumbuhan tulang dan perkembangan saraf dan otak.
Penulis studi Jeffrey Gordon, direktur Edison Family Center for Genome Sciences and Systems Biology, Washington University School of Medicine di St. Louis, sekarang sedang memantau anak-anak yang mengonsumsi suplemen MDCF untuk melihat bagaimana mereka tumbuh seiring waktu.
Di masa depan, para peneliti ingin lebih menghubungkan titik-titik antara makanan anak-anak, bakteri usus mereka, protein plasma dan hasil kesehatan mereka.
Rincian tersebut akan membantu peneliti menyesuaikan suplemen MDCF dalam memenuhi ekbutuhan anak-anak di wilayah yang berbeda, di mana suplemen mungkin perlu dibuat dari bahan yang berbeda.