Beberapa Wanita Alami Menstruasi Dini Usai Vaksin Covid-19

Kamis, 22 April 2021 | 16:35 WIB
Beberapa Wanita Alami Menstruasi Dini Usai Vaksin Covid-19
Ilustrasi menstruasi (Foto: shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang wanita bernama Sam (24) asal Boston, Massachusetts, mengalami menstruasi lima hari lebih awal dari biasanya setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer. Darah yang keluar pun lebih berat dari sebelumnya dan disertai dengan perubahan emosi yang meluap.

"Saya hanya ingin menangis dan berpikir, 'apa yang salah denganku'," kata Sam, dilansir dari Insider.

Awalnya Sam tidak berpikir vaksin dan menstruasi yang datang lebih awal saling berhubungan. Tetapi ketika ia mencarinya di Google, beberapa artikel menulis hal tersebut.

Sam pun membacanya dan menyadari bahwa ia bukan satu-satunya orang yang mengalaminya.

Wanita lain mengatakan mereka mengalami sakit kram parah, perubahan haid pada orang yang sedang KB hormonal, serta perasaan seperti haid padahal orang tersebut sudah menopause.

Ilustrasi menstruasi. (Shutterstock)
Ilustrasi menstruasi. (Shutterstock)

Vaksin Covid-19 memang memengaruhi jenis kelamin secara berbeda, wanita cenderung mengalami efek samping yang leih parah dan tampaknya punya risiko penggumpalan darah langka lebih tinggi pada kasus vaksin AstraZeneca dan vaksin Johnson & Johnson.

Namun, para ahli mengatakan belum ada cukup bukti bahwa vaksin menyebabkan perubahan dalam siklus menstruasi. Ini juga bisa dikaitkan dengan respons stres tubuh terhadap vaksin atau pandemi virus corona, atau hanya kebetulan.

"Kurangnya data mengenai siklus menstruasi dan vaksin ini menyebalkan. Mengetahui tentang ketidakteraturan menstruasi sama pentingnya dengan mengetahui tentang demam," kata obgyn Jen Gunter.

Itu sebabnya, sekarang dua peneliti wanita yang juga mengalami perubahan menstruasi setelah vaksinasi sedang mencari tahu apakah dan bagaimana kasus ini terjadi.

Baca Juga: Usai Pedagang Dapat Dosis Vaksin Covid-19 Kedua, Tanah Abang Ramai Lagi

"Survei kami tidak dapat memberi tahu kami apa pun tentang prevalensi atau jumlah orang yang terpengaruh," kata rekan penulis studi Katharine Lee, sarjana penelitian postdoctoral di Washington University School of Medicine.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI