Tak Hanya Aktivitas, Nyeri Leher Juga Dipengaruhi Berat Badan

Kamis, 22 April 2021 | 16:11 WIB
Tak Hanya Aktivitas, Nyeri Leher Juga Dipengaruhi Berat Badan
Ilustrasi nyeri leher dan pinggang. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nyeri leher mungkin paling mungkin terkait dengan ketegangan leher akibat terlalu terpaku dengan layar atau sebagainya. Padahal nyeri leher bisa terjadi akibat masalah lainnya. 

Melansir dari Healthsots, sebuah penelitian baru menemukan bahwa meskipun postur leher dan kepala yang buruk memang merupakan penentu utama nyeri leher, namun indeks massa tubuh, usia, dan waktu juga memengaruhi kemampuan leher untuk melakukan gerakan yang berkelanjutan atau berulang.

Studi ini dipimpin oleh para peneliti di Texas A&M University dan dipublikasikan secara online di jurnal Human Factors.

"Nyeri leher adalah salah satu penyebab kecacatan terkemuka dan yang tumbuh paling cepat di dunia," kata Xudong Zhang, profesor di Departemen Teknik Industri dan Sistem Wm Michael Barnes.

Baca Juga: Jangan Ditunda! Segera Lakukan Diet Jika Kamu Mengalami 5 Tanda Ini

"Penelitian kami menunjukkan kombinasi faktor pekerjaan dan pribadi yang sangat memengaruhi kekuatan dan daya tahan leher dari waktu ke waktu. Lebih penting lagi, karena faktor-faktor ini telah diidentifikasi mereka kemudian dapat dimodifikasi sehingga leher berada dalam kesehatan yang lebih baik dan rasa sakit dapat dihindari atau dicegah," kata Zhang.

Menurut Global Burden of Disease Study yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation, sakit leher menempati peringkat keempat sebagai penyebab utama kecacatan global. Salah satu penyebab utama nyeri leher telah dikaitkan dengan gaya hidup, terutama ketika orang menghabiskan waktu yang lama dengan leher ditekuk ke depan.

Ilustrasi nyeri leher. (Shutterstock)
Ilustrasi nyeri leher. (Shutterstock)

Untuk percobaan mereka, Zhang dan timnya merekrut 20 pria dewasa dan 20 wanita dewasa tanpa masalah terkait leher sebelumnya untuk melakukan pengerahan tenaga kepala-leher terkontrol di lingkungan laboratorium.

Alih-alih meminta peserta untuk menahan postur leher tertentu untuk waktu yang lama, mirip dengan apa yang mungkin terjadi di tempat kerja, mereka melakukan pengerahan tenaga kepala-leher terus-menerus sampai kelelahan.

Ketika Zhang dan timnya menganalisis data, mereka menemukan bahwa faktor terkait pekerjaan seperti postur kepala atau leher memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan kekuatan dan daya tahan leher. Tetapi mereka juga mengamati bahwa indeks massa tubuh juga prediktor yang signifikan untuk ketahanan leher.

Baca Juga: Puasa Harus Tetap Berolahraga, Begini Cara yang Tepat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI