Suara.com - Monosodium Glutamat (MSG) atau micin sering dipandang sebagai bumbu yang dapat merusak otak sehingga menyebabkan orang menjadi bodoh. Padahal, faktanya tidak demikian.
MSG berasal dari asam amino alami di tubuh, senyawa organik yang penting untuk fungsi tubuh. Zat ini secara alami ada di sebagian besar makanan, seperti keju, tomat, jamur, dan rumput laut.
Namun, MSG paling umum yang dikenal sebagai aditif makanan dibuat dengan bahan fermentasi pati, bit gula, tebu, atau molase.
Produk makanan yang mungkin mengandung MSG sebagai bahan aditif meliputi daging yang diawetkan, campuran bumbu dan kaldu kubus, makanan beku, kue serta kerupuk, dressing salad, hingga mayones.
Baca Juga: Pemerintah Berencana Impor Garam Bikin Petani di Gunungkidul Ciut Nyali
"MSG benar-benar bisa ada dalam makanan kemasan atau olahan," kata Katherine Zeratsky, ahli diet terdaftar dan berlisensi di Mayo Clinic, dilansir Insider.
Jadi, apakah MSG buruk untuk kita?
Bertentangan dengan kepercayaan masyarakat, MSG tidak buruk bagi sebagian besar orang. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan kemungkinan efek negatif, seperti obesitas atau kerusakan saraf, kekhawatiran tentang MSG salah tempat.
Mayoritas penelitian telah menemukan MSG buatan dimetabolisme sama seperti yang alami diproduksi tubuh dan tidak menimbulkan risiko kesehatan.
BPOM AS juga telah menempatkan zat ini ke dalam daftar GRAS atau secara umum diakui aman.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti: Garam Impor Tak Boleh Lebih dari 1,7 Juta Ton, Please!
"Sepanjang literatur, sebenarnya tidak ada bukti kuat bahwa MSG tidak sehat," jelas Soo-Yeun Lee, ilmuwan makanan, dan profesor di University of Illinois Urbana-Champaign.
Lee melakukan penelitian tentang jenis dan rasa makanan, termasuk fokus yang lebih baru pada MSG sebagai pengganti garam. Menurutnya, MSG dapat mengurangi kandungan natrium dalam makanan ringan.
Kebanyakan orang mengonsumsi garam dua kali lebih banyak dari yang seharusnya, dan menurunkan asupan garam ini dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan risiko yang menyertainya, seperti stroke atau penyakit jantung.