Suara.com - Otoritas Thailand mengumumkan adanya enam kasus efek samping penggunaan vaksin Sinovac. Laporan awal mengatakan, efek samping yang terjadi disebut mirip dengan gejala stroke.
Dilansir ANTARA, enam petugas medis di Provinsi Rayong, Bangkok Timur, mengalami gejala yang mirip dengan stroke, beberapa pekan setelah menerima suntikan vaksin Sinovac awal bulan ini.
Gejala-gejala yang dialami tersebut, kata pemerintah, termasuk perasaan mengantuk dan mati rasa di anggota badan.
Mereka pulih usai diberikan pengobatan stroke. Pembekuan darah juga tidak ditemukan.
Baca Juga: Studi Awal: Vaksin Covid-19 Berbasis mRNA Aman dan Efektif untuk Ibu Hamil
Meski begitu, otoritas setempat mengumumkan masih akan terus menggunakan vaksin Sinovac.
Pengumuman itu muncul di tengah meningkatnya fokus global terhadap tingkat kemanjuran dan kemungkinan efek samping dari berbagai vaksin COVID-19 serta penghentian sementara penggunaan vaksin di sejumlah negara, seperti laporan kasus pembekuan darah di kalangan penerima vaksin.
Sinovac belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Thailand telah menerima dua juta dosis vaksin CoronaVac asal China, yang telah diberikan pada lebih dari 600.000 orang secara nasional. Pemerintah juga telah memesan 1,5 juta dosis tambahan yang dijadwalkan akan segera tiba.
Pakar belum dapat memastikan apa yang menjadi penyebab gejala tersebut, yang mereka yakini mungkin terkait dengan sistem saraf dan tidak fatal, kata Kulkanya Chokephaibulkit dari Rumah Sakit Siriraj Bangkok.
Baca Juga: Di New York, Warga yang Sudah Vaksin Covid-19 Dapat Hadiah Selinting Ganja
Scan otak dari keenam perempuan petugas medis itu menunjukkan hasil normal yang tidak menunjukkan adanya stroke, dan tidak ditemukan ketidakberesan pada pengiriman vaksin tempat enam dosis berasal, kata Kulkanya.
Dosis dari pengiriman yang sama didistribusikan ke provinsi lain dan lebih dari 300.000 orang mungkin telah menerima dosis tersebut, lanjutnya.
"Panel sepakat bahwa kami dapat terus menggunakan pengiriman vaksin ini sebab manfaat vaksin lebih besar ketimbang efek sementara, yang dapat terjadi," terang Kulkanya.
Menurutnya, tidak ada efek seperti itu yang dilaporkan sebelumnya di Thailand atau negara lain.
Insiden tersebut tidak akan mengubah rencana Thailand untuk memulai vaksinasi massal mulai Juni, kata Taweesap Siraprapasiri dari Departemen Pengendalian Penyakit.
"Efek samping dapat dipantau dan tidak di luar dari apa yang bisa kami prediksikan," kata Taweesap. [ANTARA]