Waspada, Toxic Productivity Bisa Rusak Kesehatan Tubuh Secara Tak Terduga

Rabu, 21 April 2021 | 10:53 WIB
Waspada, Toxic Productivity Bisa Rusak Kesehatan Tubuh Secara Tak Terduga
Ilustrasi toxic productivity. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Toxic Productivity merupakan konsep di mana produktivitas yang dilakukan seseorang justru membebani kesehatan.

Tidak hanya kesehatan jiwa, psikolog mengatakan toxic productivity juga bisa memengaruhi kesehatan fisik.

"Kondisi ini sangat melelahkan, tapi ditutup dengan kata ‘gue kuat, bisa pasti bisa’, nah kondisinya seperti itu. Karena itu perlu kenal sama badan sendiri," ungkap Psikolog Klinis Alma Anna Deasyana, M.Psi. lewat webinar Productive vs toxic productivity, baru-baru ini.

Ia juga mengatakan, perlu kenali tubuh sendiri, seperti kapan waktu istirahat saat kelelahan.

Baca Juga: Catat! Kenali Ciri-ciri Toxic Productivity Pada Diri Anda

"Kapan gue capek, kapan gue butuh istirahat, itu perlu kenal sama diri sendiri," ungkapnya.

Selain itu, menurut Perfomance Marketing Haloka Talks Bintang Bramastya, saat merasa bersalah di kondisi toxic productivity, ada tiga unsur yang saling terkait yaitu pikiran, jiwa, dan kesehatan fisik.

"Perasaan bersalah dan obsesi itu, antara masuk ke pikiran atau jiwa. Tapi kita perlu ketahui soal fisik. Kalau sudah susah fokus, kurang tidur, perubahan pola makan, badan pegel, dan sering pusing, itu notifikasi tubuh kita. Jadi kita perlu refleks sama diri kita," paparnya.

Anna Deasyana melanjutkan, saat berada di kondisi produktif, tentu seseorang akan lebih nyaman dengan pekerjaannya, dibanding saat sedang berada di kondisi toxic productivity.

Toxic productivity tidak hanya membuat tubuh lelah, melainkan juga bisa membuat diri seseorang stres dan emosi yang tidak stabil. Seperti kurang puas dan rasa tidak berharga.

Baca Juga: Psikolog: Bahagia Tidak Bisa Datang Sendiri, Harus Diciptakan

"Kalau produktif, kita bisa mengerjakan itu dengan sangat nyaman, kreatif, pokoknya ngerjainnya tidak ada paksaan. Kalau di toxic productivity, itu berasa banget," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI