Catat! Kenali Ciri-ciri Toxic Productivity Pada Diri Anda

Selasa, 20 April 2021 | 16:15 WIB
Catat! Kenali Ciri-ciri Toxic Productivity Pada Diri Anda
ilustrasi pekerja mengalami toxic productivity. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Melakukan aktivitas yang produktif bisa bermanfaat untuk diri sendiri ataupun orang lain.

Namun hati-hati, ada jenis produktivitas yang justru bisa mengganggu kesehatan jiwa Anda, yang disebut sebagai toxic productivity. Apa itu?

Psikolog klinis Alma Anna Deasyana, M.Psi mengtakan, toxic productivity terjadi ketika adanya obsesi untuk mengembangkan diri secara berlebihan namun diliputi perasaa bersalah.

"Kata kuncinya satu obsesi, yang kedua merasa bersalah. Kenapa sebenarnya? Bisa saja tekanan sosial untuk bekerja lebih keras," ungkapnya lewat webinar Productive vs Toxic Productivity, Selasa (20/4/2021).

Baca Juga: Jaga Kesehatan Jiwa, Jauhi Empat Tipe Orang Toksik Ini dari Kehidupan Anda

Ilustrasi pekerja/karyawan kantor. (Shutterstock)
Ilustrasi pekerja/karyawan kantor mengalami toxic productivity. (Shutterstock)

Menurutnya, toxic productivity terjadi karena tiga hal, yakni hustle culture, self worth, dan faktor stres. Untuk hustle culture terjadi ketika seseorang ditekan untuk bekerja lebih keras dan cepat.

"Kayak ‘ayo dong kan masih muda, harusnya kerjanya lebih cepet’. Nah secara nggak sadar itu membentuk kita menjadi orang yang kompetitif, tapi masuknya nggak sehat," jelasnya.

Selain itu, ia melanjutkan toxic productivity pada self worth terjadi ketika seseorang merasa tidak berharga untuk orang lain.

"Ngomongin rasa nggak berharga ini satu, mungkin ada luka di masa lalu. Apa mungkin dicela, dibully, tapi ngomongin self worth ini bisa menjadi bentuk penyebab jadi toxic productivity. Seperti kalau mau berguna, kita harus kerja. Padahal belum tentu, karena lukanya belum diberesin," paparnya.

Faktor stres juga bisa menjadi penyebab toxic positivity. Namun menurutnya tidak semua stres memberikan efek negatif.

Baca Juga: Jangan Dulu Putus Cinta di Masa Pandemi Covid-19, Ini Sebabnya

"Stres ada yang membuat kita menjadi produktif, tapi ada juga stres yang membuat tidak produktif sama sekali. Jadi pakai yang mana untuk toxic productivity? Kemungkinan rasa stresnya merasa tidak puas," ungkapnya.

Ia mengatakan, dampak toxic productivity bisa berakibat fisik yang tidak sehat, seperti kurang istirahat dan juga emosi.

"Bukan tidak mampu, tapi fisik yang nggak sehat itu mungkin, karena kurang istirahat. Kalau emosi, biasanya merasa bersalah, rasa nggak puas, dan rasa tidak berharga, biasanya begitu," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI