Suara.com - Vaksin Nusantara gagasan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menggunakan sel dendritik sebagai salah satu bahan baku pembuatannya.
Meski diklaim sebagai penelitian pertama di dunia dalam pembuatan vaksin Covid-19, namun penggunaan sel dendritik sebenarnya sudah tak asing dalam ilmu kedokteran.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman prof. Amin Subandrio mengatakan bahwa sel dendritik telah digunakan dalam pengobatan bagi pasien kanker. Meski begitu, khasiatnya belum bisa dipastikan lantaran penggunaannya yang masih terbatas.
"Saat ini yang sudah dilaporkan itu dikaitkan dengan pengobatan cancer. Itu juga terbatas baru kanker prostat dan kanker kulit. Responnya sangat individual, kita tidak bisa membandingkan karena tidak disuntikan pada suatu populasi," kata prof Amin dalam diskusi virtual 'Siapa Suka Vaksin Nusantara', Sabtu (17/4/2021).
![Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie resmi mendapat suntikan vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jumat (16/4/2021) siang. Vaksin itu disuntikkan langsung oleh dr Terawan Agus Putranto. [dokumentasi]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/16/43776-aburizal-bakrie-disuntik-terawan-pakai-vaksin-nusantara.jpg)
Vaksin yang terbuat dari dendritik dikenal sebagai vaksin individual. Artinya, pembuatan satu vaksin hanya bisa digunakan untuk satu orang.
Prof. Amin menjelaskan, sel dendritik sebagai salah satu bahan pembuatan vaksin tersebut berasal dari setiap orang yang akan divaksinasi.
Awal mula sel dendritik itu didapatkan dengan cara mengambil sel darah putih dari pembuluh vena. Lalu sel monosit di dalamnya dipisahkan.
Setelah itu, dipindahkan dari spike untuk diambil darah dan diletakkan di tabung untuk sel monosit dibiakkan agar menjadi sel dendritik.
"Jadi sel dendritik itu berasal dari sel monosit. Sel monosit merupakan bagian sel-sel dalam tubuh kita," jelas prof. Amin.
Baca Juga: Ketua IDI: Dukungan Politikus ke Vaksin Nusantara Tak Ada Artinya
Setelah jadi sel dendritik kemudian dikenalkan dengan antigen yang sudah disiapkan.