Tenaga Ahli Menteri Kesehatan: 95 Persen Bahan Baku Vaksin Nusantara Impor

Sabtu, 17 April 2021 | 13:42 WIB
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan: 95 Persen Bahan Baku Vaksin Nusantara Impor
Lab pembuatan Vaksin Nusantara di RSUP Kariadi [suara.com/Dafi Yusuf]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Vaksin Nusantara yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto kembali mendapat kritik.

Digadang-gadang sebagai produk buatan asli Indonesia, vaksin Nusantara rupanya memiliki hampir seluruh bahan baku yang diimpor dari luar negeri.

Hal ini diungkapkan langsung oleh tenaga ahli Menteri Kesehatan, dr. Andani Eka Putra, dalam diskusi virtual Siapa Suka Vaksin Nusantara, Sabtu (17/4/2021).

"95 persen media bahannya impor. Tapi ada bahan dasar utama yang seharusnya tidak boleh impor. Contohnya recombinant protein. Targetnya itu harus bikin sendiri sebetulnya, tapi saya dengar informasinya itu masih barang impor," kata Andani.

Baca Juga: 58 Artis, Ulama, hingga Sastrawan Dukung BPOM soal Vaksin Nusantara

Hal itu berbeda dengan jenis vaksin lain seperti vaksin Merah Putih yang juga dikembangkan di dalam negeri oleh Lembaga Molekuler Eijkman dan sejumlah Universitas di Indonesia.

Menurut Andani, vaksin Merah Putih juga mengandalkan beberapa bahan baku dari luar negeri.

"Yang harus kita lihat itu adalah ini platformnya jelas dendritik. Jelas prosesnya ngambil darah dulu, baru disuntik, artinya diisolasi dendritiknya dilakukan di sini. Apakah fasilitas untuk kultur dan isolasi dentritik tadi sudah memenuhi kaidah, itu perlu dilihat. Sisi lainnya, rekombinan proteinnya produksi luar ini perlu kita pertanyakan juga," ucapnya.

Ia pun meminta agar penelitian vaksin Nusantara tidak dilakukan secara serampangan dan penuh kehati-hatian.

"Tapi bahan utamanya itu kita bikin sendiri, rekombinan protein bikin sendiri. Ini yang harus kita lihat dari konteks keamanannya, tahapan prosesnya, dan konteks kemandiriannya, ini yang betul-betul harus kita lihat," ucapnya

Baca Juga: BPOM Dituding Berpolitik soal Vaksin Nusantara

Diakuinya bahwa pembuatan vaksin dengan sel dendritik tersebut lebih rumit dari yang sudah ada. Namun, Andani menekankan perlunya rincian lebih detail dari peneliti terkait rekombinan protein yang turut diimpor dari luar negeri.

Andani menyebut pengembangan vaksin Nusantara tersebut unik juga menarik, karena memang penggunaan sel dendritik untuk vaksin Covid-19 belum ada dilakukan di dunia, tetapi untuk penelitian dalam bidang kedokteran sudah pernah dilakukan.

"Saya harus katakan, basis vaksin dendritik ini sudah ada sebelumnya. Kita bisa lihat di beberapa jurnal pernah diteliti untuk kanker prostat. Tapi kalau untuk SARS Cov-2 ini memang pertama," pungkas Andani.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI