Mobilitas Warga Jakarta Meningkat dalam 2 Minggu Terakhir, Ini Kata Dinkes

Jum'at, 16 April 2021 | 19:27 WIB
Mobilitas Warga Jakarta Meningkat dalam 2 Minggu Terakhir, Ini Kata Dinkes
Kemacetan terjadi di Jalan H. R. Rasuna Said menuju Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan, pada Senin (15/6/2020) sore. (Suara.com/Bagaskara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mobilitas warga di DKI Jakarta meningkat selama dua minggu terakhir. Hal itu menyebabkan kenaikan juga pada kasus aktif hingga 100-200 orang.

Meski secara keseluruhan, data pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta tercatat bahwa kasus aktif bulan ini telah turun drastis dibandingkan periode Januari-Febuari 2021.

"Saat ini kasus aktif kita di posisi 6.988, artinya sangat turun sekali dibandingkan di periode sebelumnya. Penurunan ini tentunya jangan sampai melemahkan kita karena di dua minggu terakhir ini sudah mulai ada peningkatan. Khawatirnya ini bergerak terus. Jadinya kita sudah turun drastis, tetapi dua minggu terakhir harian kita mulai terjadi peningkatan sekitar 100 sampai 200 kasus," papar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Widyastuti MKM., dalam konferensi pers virtual, Jumat (16/4/2021).

Widya mengatakan bahwa penurunan kasus aktif Covid-19 di Jakarta telah menurun sejak Maret. Puncak kasus aktif di Jakarta terjadi pada Januari sampai Februari 2021 yang angkanya mencapai lebih dari 25 ribu.

Baca Juga: Bekasi Selatan Jadi Kecamatan dengan Kasus Aktif Covid-19 Tertinggi

"Kasus aktif ini maksudnya orang yang positif Covid-19 dirawat di rumah sakit maupun hotel," ucapnya.

Meski menurun drastis, Widya menyampaikan, pelacakan kasus di Jakarta tetap masif. Dalam sepekan jumlah testing masih sebanyak 68 ribu. Namun, angka tersebut sebenarnya masih di bawah kemampuan testing Jakarta yang pernah mencapai 90 ribu-100 ribu sepekan.

"Komitmen DKI untuk tetap mempertahankan testing. Dalam posisi sepekan ini ada 68 ribu lebih testing, di mana angka tersebut sudah melebihi dari angka WHO. Tetapi angka tersebut memang menurun, secara standar DKI sendiri kita pernah ada di posisi 90 ribu. Kapasitas kita padahal mampu capai 100 ribu lebih tapi pemanfaatannya masih terlalu rendah," jelasnya.

Testing dilakukan melalui dua metode, yakni swab PCR dan rapid antigen. Widya mengingatkan, agar masyarakat tidak terlarut dengan euforia jika mendapat hasil tes antigen negatif. Karena hasil akurat sebenarnya menggunakan swab PCR.

"Rapid antigen harus diulang melalui pemeriksaan PCR. Kami khawatir, warga kita begitu di tes rapid antigen negatif selalu merasa tenang. Selalu kita pesankan, jangan terlena dengan pemeriksaan antigen terus merasa sehat," ucapnya.

Baca Juga: Tambah 1.013 Pasien, Jumlah Kasus Corona Jakarta Capai 390.590 Orang

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI