CDC: Ada Efek Samping yang Perlu Diwaspadai dari Vaksin Johnson & Johnson

Kamis, 15 April 2021 | 13:36 WIB
CDC: Ada Efek Samping yang Perlu Diwaspadai dari Vaksin Johnson & Johnson
Vaksin COvid-19 Johnson & Johnson. [Justin Tallis/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah mendaftar sejumlah gejala efek samping dari vaksin Johnson & Johnson.

Gejala tersebut antara lain, sakit kepala yang tidak kunjung sembuh, sakit perut atau kaki yang tidak kunjung reda serta sesak napas yang semakin meningkat. CDC menyarankan untuk segera memeriksakan diri jika mengalaminya.

Menurut mereka, itu bisa menjadi tanda dari jenis gumpalan darah sangat langka dan parah yang mungkin terkait dengan vaksin.

Kasusnya memang sangat jarang. Sejauh ini hanya enam kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat dari sekitar tujuh juta dosis vaksin Johnson & Johnson yang sudah diberikan.

Baca Juga: Bukan Vaksin AstraZeneca, Pil KB Lebih Berisiko Picu Penggumpalan Darah

"Namun, jika sudah menerima vaksin J&J lebih dari sebulan yang lalu, risiko mengalaminya sangat rendah," kata Anne Schuchat, wakil direktur utama CDC selama pengarahan virtual pada Selasa (13/4/2021), dilansir CNN.

Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)
Ilustrasi vaksin Covid-19 (unsplash/@hakannural)

CDC mendapat laporan enam wanita antara usia 18 hingga 48 telah terkena trombosis sinus vena serebral (CVST), yakni gumpalan di area otak yang mengumpulkan dan mengalirkan darah kurang oksigen.

"Ketika ini terjadi, sel darah bisa pecah dan membocorkan darah ke jaringan otak, membentuk pendarahan," menurut laman Johns Hopkins Medicine.

Kasus ini mendorong CDC dan BPOM AS (FDA) untuk menyarankan penghentian sementara vaksinasi J&J kepada administrasi vaksin untuk memungkinkan penyelidikan lebih lanjut.

"Ini benar-benar memungkinkan FDA dan CDC menyelidiki lebih lanjut kasus-kasus tersebut untuk mencoba dan memahami beberapa mekanisme dari kasus itu, beberapa rincian lebih lanjut tentang riwayat individu yang terkena," ujar Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID).

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Gejala Penggumpalan Darah yang Mesti Diwaspadai

Sebagai tanggapan, Johnson & Johnson memutuskan untuk menghentikan vaksinasi di semua uji klinisnya, sementara itu perusahaan memperbarui panduan untuk penyelidik dan peserta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI