Saraf Kejepit: Penyebab, Jenis Serta Saran Dokter Bagi Pengidapnya

Kamis, 15 April 2021 | 13:15 WIB
Saraf Kejepit: Penyebab, Jenis Serta Saran Dokter Bagi Pengidapnya
Ilustrasi saraf kejepit (completechirocare.com.au)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang menganggap saraf terjepit hanya ditandai rasa nyeri yang terjadi di area pinggang dan leher, keadaan di mana saraf terjepit otot dan tulang.

Padahal menurut Dokter Spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi dr. Harmantya Mahadhipta, saraf terjepit dalam istilah medis disebut dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus), yaitu kondisi adanya tekanan pada saraf, di manapun lokasinya, tidak terbatas di leher atau pinggang saja.

Orang bisa dikatakan mengalami saraf kejepit apabila mengalami salah satu dari tiga gejala berikut:

  1. Komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, baal yang terasa di tangan atau kaki.
  2. Komponen motorik (gerakan), misalnya jika sudah mendapati kelemahan anggota gerak.
  3. Komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil, dan buang air besar.

"Beragam faktor menjadi penyebab terjadinya saraf kejepit. Faktor genetik dan usia memang tidak bisa dihindari dalam kasus ini. Contohnya saja pada usia produktif yaitu usai 25 hingga 40 tahun, dimana banyak sekali keluhan di daerah pinggang," papar dr. Harmantya berdasarkan keterangan tertulisnya, Kamis (15/4/2021).

Baca Juga: Hati-Hati, Mata Kedutan Bisa Jadi Tanda Gangguan Otak dan Sistem Saraf

Ternyata tidak hanya orang lanjut usia yang mengalami keadaan saraf terjepit ini. Tapi juga dialami pekerja muda yang sering menghabiskan waktunya dengan duduk di depan komputer selama berjam-jam.

"Oleh karena itu penting untuk selalu melakukan peregangan ringan saat di kantor, disarankan setiap 30 hingga 40 menit kita harus berdiri," jelas dokter yang juga Konsultan Tulang Punggung Eka Hospital BSD itu.

Kemudian pada usia di atas 40 tahun juga tak dipungkiri dengan keluhan tulang keropos dan pengapuran sendi serta osteoporosis dan lainnya.

Namun ada faktor risiko yang bisa diubah, yaitu yang berkaitan dengan aktivitas misalnya dengan melakukan olahraga low impact, contohnya jalan cepat, berenang, golf, senam.

Pada kasus saraf kejepit ringan, 80 persen memang bisa sembuh dengan bed rest ataupun hanya dengan melakukan fisioterapi.

Baca Juga: Dokter Ini Ungkap Keajaiban Membaca Basmalah Pada Sel Saraf Manusia

"Namun, jangan anggap remeh jika timbul gejala-gejala diatas, apalagi jika gejala sudah dirasakan selama lebih dari dua bulan. Segera periksakan diri ke dokter spesialis agar bisa dilakukan pemeriksaan penunjang untuk kasus saraf kejepit," pungkas dr. Harmantya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI