Suara.com - Penelitian terbaru menyebutkan satu dari tiga penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas dan prediabetes. Prediabetes sendiri merupakan kondisi obesitas sebagai gejala awal diabetes.
Di sisi lain, ada juga anggapan yang mengatakan kondisi diabetes berhubungan tiroid. Benarkah demikian?
Tiroid atau kelenjar tiroid biasa disebut sebagai gondok, merupakan kelenjar endokrin berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian depan leher di bawah jakun, atau tepatnya gondok di bagian tengah bawah leher.
Menurut Dokter Penyakit Dalam Eka Hospital BSD, dr. Dicky L. Tahapary, sama seperti diabetes, pasien dengan hipertiroid juga mengalami gangguan glukosa atau peningkatan kadar gula dalam darah.
Baca Juga: Gawat! Pasien Penyakit Jantung 3 Kali Lebih Rentan Kena Diabetes
"Pada pasien diabetes dengan hipertiroid maka kadar gula darahnya akan sulit dikontrol dan bahkan pada kondisi ekstrem dapat menyebabkan kadar gula darah yang sangat tinggi dan keasaman di dalam darah sehingga harus dibawa ke ruang gawat darurat," ujar dr. Dicky dalam keterangannya, Kamis (15/4/2021).
Kondisi yang dijelaskan dr. Dicky adalah keadaan kritis hiperglikemia, keadaan berbahaya yang bisa mengancam nyawa akibat perbaduan hipertiroid dan diabetes.
Kebalikan dari hipertiroid, ada pula kondisi hipotiroid di mana pasien mengalami kelainan kekurangan hormon tiroid. Kondisi ini membuat penderitanya mudah lelah dan sulit berkonsentrasi.
Parahnya, karena hipotiroid membuat metabolisme tubuh melambat bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak terkendali. Sehingga parahnya jika ditambah dengan diabetes, semakin sulit terkendali.
"Susah dikendalikan walaupun sudah mengurangi asupan makanan, selain itu dapat menyebabkan kenaikan kolesterol darah. Perlu diingat bahwa berat badan yang berlebih akan menyulitkan pengendalian gula darah pada pasien diabetes," pungkas dr. Dicky.
Baca Juga: Sebelum Puasa Ramadan, Jangan Lupa Cek Gula Darah di Rumah Sakit Ya!