Suara.com - Penyakit epilepsi atau yang disebut ayan, dapat menjadikan seseorang mengalami kejang. Tak hanya itu, epilepsi juga bisa menyerang pada kerusakan dan perubahan otak. Namun, apakah epilepsi dan kejang sama?
Baru-baru ini, dokter spesialis saraf Dr. Irawaty Hawari, Sp.S, epilepsi tidak hanya kejang, melainkan penyakit saraf yang dialami siapa saja. Termasuk usia, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.
“Jadi siapapun bisa kena, dan bentuknya itu tidak harus kejang-kejang. Banyak yang bentuknya bukan kejang,” ungkapnya dalam webinar ‘Kejang Pertanda Epilepsi?’, Rabu (14/4/2021).
Lebih lanjut, jika pasien kejang belum tentu terkena epilepsi, ia mengatakan jika pasien mengalami darah tinggi juga bisa mengalami kejang.
Baca Juga: Viral Cewek Kejang Dalam KRL di Stasiun Tanah Abang, Netizen: Tolongin Dong
“Misalnya datang ke rumah sakit kejang-kejang, tapi ternyata pasien itu gula darahnya tinggi sekali. Itu juga bisa kejang, dan gula rendah juga bisa,” jelasnya.
Ia mengatakan tanda-tanda dan gejala epilepsi adanya lonjakan listrik yang abnormal di otak.
“Ada yang bentuknya kejang, ada yang bentuknya bengong. Bahkan disertai mulutnya seperti mengunyah-nguyah, padahal lagi nggak makan,” ungkap Dr. Irawaty Hawari.
Pemulihan atau pengobatan bagi gejala epilepsi, menurut Dr. Irawati dengan minum obat yang teratur, dapat meningkatkan kualitas hidup yang baik. “Sekitar 60-70 persen gampang diobati, tapi harus yang tepat dan sesuai jenis epilepsinya,” ungkapnya.
Meski sudah diobati, sekitar 30-40 persen, masih ada serangan gejala. “Jadi kita harus kombinasi obatnya,” ungkapnya.
Baca Juga: Viral Video Wanita Tetiba Kejang di KRL Tanah Abang, Diduga Epilepsi
Supaya tidak kena epilepsi, ia menghimbau untuk menjaga gaya hidup yang sehat, sekaligus tidak boleh begadang dan harus tidur dengan cukup. “Biasanya seseorang yang terkena epilepsi, itu biasanya harus menjaga dan tidak boleh begadang. Jadi tidurnya harus cukup, makan harus teratur, dan tidak boleh stres,” tutupnya.