Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan penghentian sementara penggunaan vaksin Johnson & Johnson.
Penghentian ini menyusul laporan beberapa kasus penggumpalan darah langka yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST) pada orang yang menerima vaksin. Seorang wanita di antaranya meninggal dan seorang lainnya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Namun, belum diketahui secara pasti apakah vaksin Johnson & Johnson yang menyebabkannya. Perusahaan sedang meninjau kasus dengan otoritas kesehatan Eropa dan memutuskan untuk menunda peluncuran vaksin di Eropa.
Apa itu trombosis sinus vena selebral atau CVST?
Baca Juga: Terkait Penggumpalan Darah, Waspada 6 Gejala Ini Usai Vaksin AstraZeneca
CVST tidak seperti jenis gumpalan darah yang menghalangi aliran darah ke otak. Jenis gumpalan ini terbentuk di sinus vena, sebuah ruang di tengkorak yang memungkinkan darah mengalir dari otak.
Sinus di sini berbeda dengan organ yang bermasalah saat Anda sedang kedinginan atau pilek, lapor Health.
"Kondisi ini pada dasarnya mencegah darah keluar dari otak," jelas Stacey Rose, asisten profesor penyakit dalam dan penyakit menular di Baylor College of Medicine.
Penyumbatan darah inilah yang menyebabkan stroke langka.
Profesor emeritus pediatri di Weill Cornell Medicine di New York City, James Bussel, yang mempelajari kelainan darah, menjelaskan awalnya terjadi ketika trombosit, yang membantu darah menggumpal, aktif. Lalu, gumpalan terbentuk di sinus besar ini.
Baca Juga: Ada Kasus Penggumpalan Darah, Vaksin AstraZeneca Diklaim Tetap Aman
Pada akhirnya proses tersebut akan mengurangi jumlah trombosit dan menyebabkan pendarahan.
FDA dan CDC menyarankan orang penerima vaksin J&J yang mengalami sakit kepala parah, sakit perut, sakit kaki, atau sesak napas dalam waktu tiga minggu setelah vaksinasi untuk segera menghubungi rumah penyedia layanan kesehatan.
Dalam enam kasus yang dilaporkan, gejala muncul enam hingga 13 hari setelah vaksinasi.
"Jelas kita perlu mendapat diagnosis secepat mungkin dari pasien yang mengalami gejala seperti ini," pungkas Rose.