Heboh Anggota DPR Disuntik Vaksin Nusantara, Ahli Patologi Angkat Bicara

Rabu, 14 April 2021 | 13:26 WIB
Heboh Anggota DPR Disuntik Vaksin Nusantara, Ahli Patologi Angkat Bicara
Lab pembuatan Vaksin Nusantara di RSUP Kariadi [suara.com/Dafi Yusuf]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah anggota DPR diketahui menjadi relawan dalam uji klinis Vaksin Nusantara hari ini. Padahal diketahui para anggota DPR tersebut telah disuntik vaksin Covid-19 jenis Sinovac dalam program vaksinasi pemerintah.

Sehingga bisa dipastikan mereka telah memiliki antibodi virus corona dalam tubuhnya. Namun, jika kemudian menjadi relawan dalam uji klinik vaksin lain, justru berisiko menimbulkan hasil yang membingungkan.

"Uji klinik itu artinya suatu kandidat vaksin sedang mengalami suatu pengujian. Karena kita perlu mencari apakah kandidat vaksin betul-betul bisa memberikan efek terhadap subjek yang kita uji. Kemudian terbentuk antibodi, apakah bisa melawan infeksi dan seterusnya," jelas ahli patologi dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK., saat dihubungi suara.com, Rabu (14/4/2021).

Peneliti Vaksin Nusantara di RSUP Kariadi  Semarang [Suara.com/Dafi  Yusuf]
Peneliti Vaksin Nusantara di RSUP Kariadi Semarang [Suara.com/Dafi Yusuf]

Dengan demikian orang yang diuji sudah dipastikan dulu sebelumnya belum memiliki antibodi. Jika orang tersebut sudah punya antibodi lalu diujikan vaksin akan menimbulkan hasil yang tidak jelas apakah misalnya antibodi yang ada ini dari hasil vaksin yang diuji atau dari sebelumnya

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Ikut Uji Klinis Vaksin Nusantara di RSPAD

Ia menambahkan bahwa klasifikasi relawan uji klinis vaksin Covid adalah seseorang belum pernah terinfeksi virus corona, terdeteksi belum terbentuknya antibodi, dan belum pernah menjadi subjek dari kandidat vaksin lain.

Jika di luar kriteria tersebut seseorang tetap menjadi subyek penelitian kandidat vaksin, justru bisa menimbulkan hasil tidak jelas.

Apakah juga akan menimbulkan masalah kesehatan terhadap orang yang menjadi subjek penelitian itu juga belum bisa dipastikan. Dokter Tonang mengatakan, hingga sekarang belum ada yang melaporkan penelitian mengenai konfigurasi antar jenis vaksin.

"Yang masih dalam uji coba itu Inggris dan Amerika, hanya memang antara jenis vaksin yang metodenya sama. Contoh antara Pfizer dan Moderna, keduanya sama-sama menggunakan metode RNA," ujarnya.

Menurutnya, secara teoritis konfigurasi antar vaksin tidak menjadi masalah selama diyakini tidak akan menimbulkan reaksi silang. 

Baca Juga: Beda dari yang Lain, Ini Alasan Adian PDIP Jadi Relawan Vaksin Nusantara

"Persoalannya adalah kita belum tahu apakah antara vaksin satu dengan lainnya ada sekresi. Kita belum tahu karena belum ada hasil uji yang dilakukan di Amerika dan Inggris," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI