Studi: Perempuan Stres 21 Persen Lebih Berisiko Alami Sakit Jantung Koroner

Selasa, 13 April 2021 | 07:19 WIB
Studi: Perempuan Stres 21 Persen Lebih Berisiko Alami Sakit Jantung Koroner
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres secara psikologis mungkin awalnya hanya dianggap menjadi masalah kesehatan mental. Padahal masalah psikologis ini bisa berefek pada kesehatan jantung koroner, khusunya pada perempuan. 

Melansir dari Healthshots, studi yang dipimpin oleh para peneliti di Dornsife School of Public Health di Drexel University menyatakan adanya efek dari setres pada jantung koroner. Penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association.

Menurut penelitian, orang yang stres dan memiliki tekanan psikososial tinggi berisiko 21 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.

Studi ini juga menemukan bahwa peristiwa kehidupan stres tinggi, seperti kematian pasangan, perceraian, perpisahan atau pelecehan fisik atau verbal memiliki risiko  12 persen alami jantung koroner. Sementara ketegangan sosial memiliki 9 persen lebih tinggi alami jantung koroner. Jika dikombinasikan, risiko menjadi 21 persen. 

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Stres Sebabkan Rambut Rontok, Bisa Tumbuh Lagi?

Studi Drexel menggunakan data dari sampel perwakilan nasional dari 80.825 wanita pascamenopause dari Women’s Health Initiative Observational Study, yang melacak peserta dari tahun 1991 hingga 2015, untuk menemukan metode yang lebih baik dalam mencegah kanker, penyakit jantung, dan osteoporosis pada wanita.

Ilustrasi stres kerja (pexels/@shvetsa)
Ilustrasi stres kerja (pexels/@shvetsa)

Dalam studi tindak lanjut saat ini, peneliti Drexel mengevaluasi efek stres psikososial dari ketegangan pekerjaan, peristiwa kehidupan stres dan ketegangan sosial (melalui survei), dan hubungan antara bentuk stres ini pada penyakit jantung koroner. Hampir 5 persen perempuan  mengembangkan penyakit jantung koroner selama studi 14 tahun tujuh bulan.

"Harapan saya adalah bahwa temuan ini merupakan panggilan untuk metode pemantauan stres yang lebih baik di tempat kerja dan mengingatkan kita tentang beban ganda yang dihadapi perempuan pekerja sebagai akibat dari pekerjaan mereka yang tidak dibayar sebagai pengasuh di rumah," kata penulis senior Yvonne Michael, ScD, SM, seorang profesor di Dornsife School of Public Health.

"Temuan kami adalah pengingat penting bagi perempuan dan mereka yang peduli pada mereka, bahwa ancaman stres terhadap kesehatan manusia tidak boleh diabaikan," kata penulis utama Conglong Wang, PhD, lulusan Dornsife yang melakukan penelitian saat berada di Drexel.

Baca Juga: Turunkan Hormon Stres, Konsumsi 5 Makanan Kaya Vitamin C Berikut

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI