Varian Virus Corona Afrika Selatan Bisa Lolos dari Kekebalan Vaksin Pfizer

Senin, 12 April 2021 | 18:49 WIB
Varian Virus Corona Afrika Selatan Bisa Lolos dari Kekebalan Vaksin Pfizer
COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ahli Israel mengatakan varian virus corona Afrika Selatan (B.1.351) lebih bisa menerobos pertahanan kekebalan vaksin Pfizer daripada strain mutasi yang lain, pada Minggu (11/4/2021).

Namun, meski penelitian juga menunjukkan varian virus ini relatif berhasil menginfeksi orang yang divaksinasi, peneliti tidak memberikan data apa pun tentang apakah virus juga dapat menyebabkan penyakit serius pada mereka.

Studi oleh Tel Aviv University dan Clalit Health Services, penyedia layanan kesehatan terbesar di Israel, membandingkan 400 orang yang tidak divaksinasi dan terinfeksi virus corona dengan 400 orang yang sudah divaksin dan juga terinfeksi Covid-19.

Menurut penelitian, yang terbit sebagai draf pada Sabtu (10/4/2021) dan saat ini sedang ditinjau oleh rekan sejawat, varian Afrika Selatan menyumbang kurang dari satu persen kasus virus korona di Israel.

Baca Juga: China Ingin Campur Berbagai Jenis Vaksin Covid-19, Begini Respon Kemenkes

Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML
Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML

"Di antara 150 orang dalam penelitian yang telah divaksinasi penuh dan terinfeksi, tingkat prevalensi (varian virus Afrika Selatan) delapan kali lebih tinggi dibanding tingkat pada orang yang tidak divaksinasi," kata peneliti, dilansir Medical Xpress.

Artinya, sambung peneliti, vaksin tidak memberikan tingkat perlindungan yang sama terhadap varian virus corona Afrika Selatan meski sangat protektif.

"Varian Afrika Selatan mampu, sampai batas tertentu, menembus perlindungan vaksin," kata penulis studi Adi Stern dari Sekolah Penelitian Biomedis dan Kanker Shmunis Universitas Tel Aviv.

Stern mengatakan studi tersebut tidak menilai apakah orang Israel yang divaksinasi penuh dengan varian Afrika Selatan, total delapan orang, mengembangkan penyakit serius.

"Karena kami menemukan sejumlah kecil vaksin yang terinfeksi B.1.351, secara statistik tidak ada artinya untuk melaporkan hasil penyakit," pungkasnya.

Baca Juga: Agar Tetap Berjalan, Pemerintah Andalkan Stok Vaksin Covid-19 Sinovac

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI