Suara.com - Berpuasa dianggap menyehatkan tubuh. Salah satu dampak positifnya karena menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Kondisi tersebut telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) terhadap 750 dokter dan perawat.
"Riset dilakukan di RSCM dengan menjadikan subjek para dokter, perawat, dan ahli gizi. Tujuannya ingin melihat bagaimana komposisi tubuh bila berpuasa. Ternyata kita bisa lihat terjadi di massa lemak turun, tetapi massa protein," kata dokter spesialis Penyakit dalam Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD., dalam webinar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Senin (12/4/2021).
Dokter Ari menjelaskan bahwa penurunan massa lemak itu terjadi karena kebutuhan energi yang diperlukan untuk beraktivitas tetap sama. Tetapi lantaran sepanjang siang hari berpuasa, sehingga tubuh membakar lemak sebagai cadangan sumber energi.
Jika kadar lemak tidak mencukupi untuk aktivitas harian, tubuh akan membakar massa protein sebagai sumber energi. Tetapi selama puasa Ramadan 14 jam sehari, dokter Ari mengatakan, tidak akan sampai membuat tubuh membakar massa protein sehingga tidak menganggu imunitas tubuh.
Baca Juga: Mesir dan Lebanon Umumkan 1 Ramadhan Jatuh Pada Selasa 13 April 2021
"Puasa kita selama 14 jam ini hanya lemak saja yang dihancurkan. Jadi tidak akan mempengaruhi imunitas tubuh karena lemak saja yang dihancurkan bukan proteinnya," katanya.
enelitian itu berlanjut hingga delapan hari pasca Idulfitri. Ternyata ditemukan bahwa massa lemak para tenaga kesehatan itu kembali normal setelah tidak lagi berpuasa.
Hasil riset itu sejalan dengan penelitian yang pernah diterbitkan dalam nutrition journal yang menyebutkan bahwa kadar lemak jahat atau LDL menurun. Dokter Ari menjelaskan bahwa LDL disebut lemak jahat karena menarik lemak ke organ lain dalam tubuh.
Sebaliknya HDL atau lemak baik justru meningkat dalam tubuh seseorang yang menjalani ibadah puasa.
Baca Juga: Ketum PP Muhammadiyah: Tenaga Medis Covid-19 Tidak Wajib Puasa Ramadan