Suara.com - Stok vaksin Covid-19 di Indonesia dikabarkan menipis. Hal itu diakui juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi bahwa stok terbatas akibat penundaan pengiriman vaksin AstraZeneca oleh produsen India.
Pemerintah andalkan stok vaksin Covid-19 dari Sinovac agar program vaksinasi tetap berjalan.
"Bulan April ini, jumlah stok untuk vaksin yang seharusnya kita rencanakan adalah 15 juta sampai 21 juta tidak bisa terpenuhi seluruhnya. Karena kita tahu ada 10 juta vaksin dari Astrazeneca yang harusnya sudah komit kita dapatkan dari COVAX facility, kemudian ditunda sampai Mei. Sehingga suplai di bulan April satu-satunya dari Sinovac yang dibuat Biofarma," kata Nadia dalam konferensi pers virtual, Senin (12/4/2021).
Biofarma akan memproduksi bahan baku vaksin Sinovac yang diperkirakan akan selesai dalam dua atau tiga minggu ke depan.
Baca Juga: Tercepat di Dunia, India Salurkan 100 Juta Dosis Vaksin Covid Dalam 85 Hari
Nadia menyampaikan, produksi tersebut akan menghasilkan sekitar 7 juta sampai 11 juta dosis vaksin. Sehingga, stok vaksin untuk masyarakat yang sudah mendapat suntikan pertama vaksin Sinovac pada Maret bisa diamankan untuk pelaksanaan suntikan dosis kedua.
Nadia menyampaikan bahwa jeda waktu antara dua suntikan vaksin Sinovac hanya 28 hari, baik bagi lansia maupun orang berusia 18-60 tahun. Berbeda dengan orang yang disuntik pertama dengan vaksin AstraZeneca bahwa jeda antar dosis maksimal mencapai 12 minggu atau 3 bulan.
Sehingga meski terbatasnya dosis vaksin Astrazeneca, Nadia memastikan bahwa suntikan kedua akan tetap bisa diberikan. Sebab, menurutnya, vaksin Astrazeneca akan kembali dikirim bulan depan.
"Vaksin Astrazeneca rentang waktu daripada penyuntikan dosis kedua adalah 12 minggu artinya 3 bulan. Maka kita masih punya cukup waktu untuk kemudian menerima kembali vaksin Astrazeneca. Jadi tidak perlu khawatir bahwa vaksinasi kedua pasti akan cukup untuk memenuhi dosis kedua," ucapnya.
Selain mengandalkan stok vaksin dari produksi Biofarma, produsen Sinovac juga dijadwalkan masih akan mengirim vaksin Covid dalam bentuk bahan baku pada bulan ini. Setelah itu akan langsung diolah oleh Biofarma.
Baca Juga: Agar Lebih Efektif, Benarkah Vaksin Covid-19 Buatan China Mesti Dicampur?
"Biofarma sendiri sedang memperbesar kapasitas produksi vaksin tersebut dengan menambah satu lagi pabrik untuk vaksin. Jadi insyaAllah setiap bulan akan ada jumlah vaksin yang kita berikan. Di samping itu juga pak Menkes dan Bu Menlu tetap melakukan upaya seperti misalnya komitmen seperti COVAX facility untuk bisa memastikan Astrazeneca bulan Mei dapat betul-betul dilaksanakan. Begitu juga dengan kita tetap mengupayakan untuk negosiasi atau menjajaki vaksin lain yang saat ini memang sudah selesai di uji klinik 3 dan sudah memenuhi standar yang ditetapkan WHO," paparnya.
Indonesia Telah menerima sebanyak 57 juta dosis vaksin Covid-19 sejak awal Desember 2020. Jumlah dosis itu termasuk dalam vaksin jadi maupun bentuk bulk atau bahan baku.Nadia mengatakan, dari bahan baku vaksin yang dikirim Sinivas telah diolah oleh Biofarma menjadi 47 juta dosis.
"Dan kita tahu, sebanyak 24 juta dosis sudah distribusikan. Dari 24 juta dosis itu, 3 juta adalah Sinovac India. Pada awal Januari kita gunakan, kemudian 1,1 juta adalah vaksin Astrazeneca dalam bentuk jadi sudah kita distribusikan juga," tuturnya Nadia menegaskan, pemerintah memastikan bahwa vaksinasi Covid-19 tidak akan dikurangi ataupun dihentikan. Menurutnya, pemerintah tetap mengupayakan ketersediaan vaksin sesuai dengan stok, maupun yang sudah direncanakan.