Suara.com - Sebuah studi nasional di Inggris menyelidiki efek jangka panjang kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19. Penelitian tersebut dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London.
Melansir dari Independent, studi UK Interstitial Lung Disease Long-Covid19 (UKILD-Long COVID) tersebut menyelidiki peradangan paru-paru dan jaringan parut untuk mengembangkan strategi pengobatan dan mencegah kecacatan di antara penderita Covid-19 jangka panjang.
Orang yang menderita Covid-19 jangka panjang telah melaporkan gejala kerusakan paru-paru, termasuk sesak napas, batuk, kelelahan, dan kemampuan terbatas untuk berolahraga selama berbulan-bulan setelah mereka terinfeksi penyakit tersebut.
Data dari Office for National Statistics (ONS) menunjukkan lebih dari satu juta orang di Inggris menderita gejala Covid-19 jangka panjang.
Baca Juga: Maia Estianty Positif COVID-19 Kedua Kali, Gejalanya Beda Dengan Pertama
ONS menemukan gejala tersebut berdampak pada kehidupan sehari-hari 674.000 orang dengan hampir 200.000 orang melaporkan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas normal sangat terbatas. Menurut UK Research and Innovation (UKRI), kasus Covid-19 yang parah dapat menyebabkan jaringan parut di paru-paru, yang menyebabkan kekakuan serta membuat sulit bernapas.
Bukti awal menunjukkan bahwa kerusakan paru-paru terjadi pada sekitar 20 persen pasien Covid-19 yang keluar dari rumah sakit. Namun, pengaruhnya terhadap orang-orang yang mengalami Covid-19 jangka panjang di masyarakat masih belum jelas.
"Ini adalah penelitian ambisius yang akan membantu kita memahami seberapa umum dan parah konsekuensi paru-paru jangka panjang dari Covid-19 yang akan membantu mengembangkan pendekatan pengobatan baru untuk orang yang menderita peradangan paru-paru," kata Profesor Gisli Jenkins yang memimpin penelitian tersebut.
"Sesak napas adalah masalah besar bagi banyak penderita Covid-19 jangka panjang," imbuhnya.
Baca Juga: Kampung Ini Sudah 10 Tahun Lock Down, Klaim Bebas Covid-19