Sekolah Tatap Muka Berisiko Munculkan Klaster Baru, Apa Kata IDAI?

Jum'at, 09 April 2021 | 06:30 WIB
Sekolah Tatap Muka Berisiko Munculkan Klaster Baru, Apa Kata IDAI?
Salah satu siswa di SDN SDN 07 Ciracas, Jakarta Timur saat mengikuti sekolah tatap muka. (Suara.com/Fakhri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 85 sekolah mulai dari SD hingga SMA di DKI Jakarta telah mulai sekolah tatap muka sejak beberapa hari lalu.

Pembukaan sekolah sempat memunculkann kekhawatiran adanya risiko klaster baru. Apa kata Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) seputar keputusan ini?

Hanya saja sejak awal pandemi Covid terjadi, IDAI telah menegaskan bahwa untuk mencegah resiko penularan virus corona pelaksaan PJJ memang lebih aman.

"IDAI memang menyarankan PJJ dalam rangka pencegahan penularan covid. Kalau yang concern-nya pencegahan penularan covid jelas lebih aman. Tapi kalau concern-nya lebih ke pendidikan dan lain-lain, mungkin berbeda lagi," kata anggota IDAI dr. Lucia Nauli Simbolon, Sp.A., saat dihubungi Suara.com, Kamis (8/4/2021).

Baca Juga: Kisah Sopir Bus Sekolah yang Bertugas Antar Pasien Covid-19 di Kala Pandemi

Dokter Lucia menyarankan, orangtua sebaiknya menimbang positif dan negatif dari kedua metode belajar tersebut. Tetapi, jika orangtua mengizinkan sekolah tatap muka, terpenting adalah memastikan anak disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Kemudian ditinjau lagi apakah orangtua atau anak tersebut serumah dengan kakek atau nenek yang mungkin ada penyakit penyerta yang lebih berat. Terus dilihat juga apakah orang serumahnya mobilitasnya cukup tinggi atau tidak, kan jadi resikonya bisa kemana-mana. Diyakinkan anak bisa menjalankan protokol kesehatan dengan baik," paparnya.

Orangtua juga perlu memastikan sekolah taat dengan imbauan pemerintah untuk tidak membuka kantin juga mengaktifkan kegiatan ekstrakulikuler.

Dokter Lucia mengungkapkan bahwa kasus Covid-19 pada anak di Indonesia masih cukup tinggi. Sehingga pencegahan penularan virus corona harus selalu digalakan.

"Sampai Maret kemarin, konfirmasi positif di Indonesia untuk angka anak-anak kurang dari 6 tahun maupun 6 sampai 18 tahun masih 0,6 persen. Itu kan masih cukup tinggi," ucapnya.

Baca Juga: Dishub DKI Sebut 50 Bus Sekolah yang Beroperasi Bukan Armada Pasien Covid

Keputusan mengenai sekolah tatap muka atau pun secara dring memang selalu menimbulkan pro kontra, tambah dokter Lucia.

Sehingga menurutnya, orangtua perlu mempertimbangkan manfaat juga resiko dari berbagai aktor untuk menentukan keputusan proses belajar mengajar tersebut.

Pemerintah mensyaratkan sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka agar lebih dulu memvaksinasi Covid-19 seluruh guru dan tenaga pendidikan di sekolah.

Meski begitu, prinsipnya orangtua diberi keleluasaan untuk mengizinkan atau pun tidak anaknya melakukan sekolah tatap muka.

Kebijakan tersebut bisa jadi membuat orangtua bingung untuk memutuskan apakah sekolah tatap muka atau tetap pembelajaran jarak jauh (PJJ) alias secara daring.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI