Sekolah Tatap Muka Dimulai, Ketua Satgas IDI: Risiko Masih Tinggi

Rabu, 07 April 2021 | 19:34 WIB
Sekolah Tatap Muka Dimulai, Ketua Satgas IDI: Risiko Masih Tinggi
Sekolah Tatap Muka (Suara.com/Stephanus Aranditio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban mengatakan jika risiko penularan Covid-19 terhadap guru dan siswa masih tinggi. 

Hal ini menyusul angka positivity rate (tingkat penularan) Covid-19 di Indonesia masih di atas 10 persen, ini angka ini masih sangat berbahaya.

Bukan hanya pada anak sekolah sangat rentan protokol dilanggar, atau karena guru yang merasa tidak nyaman saat mengajar menggunakan masker maupun face shield, tapi yang perlu diingat jika virus SARS CoV 2 penyebab Covid-19 bisa menyebar lewat udara atau airborne.

"Bahwa sebagian penularan karena masker dicopot, itu benar. Tapi yang terpenting kalau virus ini airborne, bisa menyebar melalui udara seluruh kelas," ungkap Prof. Zubairi.

Baca Juga: Alur Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2021, Dibuka 9 April

Salah satu siswa di SDN  SDN 07 Ciracas, Jakarta Timur saat mengikuti sekolah tatap muka. (Suara.com/Fakhri)
Salah satu siswa di SDN SDN 07 Ciracas, Jakarta Timur saat mengikuti sekolah tatap muka. (Suara.com/Fakhri)

Risiko protokol kesehatan rentan dilanggar saat sekolah ini, semakin diperparah karena situasi pandemi Covid-19 yang belum terkendali, sehingga tidak tepat untuk kembali membuka sekolah tatap muka, meskipun hanya uji coba.

Dokter yang akrab disapa Prof. Beri itu juga menerangkan, situasi dikatakan aman dan sekolah bisa dibuka jika positivity rate di bawah 5 persen. 

"Perilaku anak memang ada kecenderungan melanggar protokol. Lalu kalau nggak melanggar, jadi nggak apa-apa?. Tetap tidak, nggak melanggar nggak apa-apa kalau positivity rate kurang dari 5 persen," terangnya.

Lebih lanjut Profesor Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) saat tidak setuju dengan anggapan bahwa anak tidak berisiko tertular Covid-19. Hal ini karena banyak kasus anak yang ditemukan meninggal karena Covid-19. 

"Tidak benar jika anak aman, karena anak Indonesia yang meninggal karena Covid-19 banyak, itu yang menurut saya tidak tepat untuk buka (sekolah) saat ini," pungkas Prof. Zubairi.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Mayat Bertumpuk Akibat Covid-19, Satu Menghisap Rokok?

Sementara itu Dinas Pendidikan DKI Jakarta mulai membuka 85 sekolah yang terdiri dari SD, SMP hingga SMA/SMK terhitung 7 April hingga 29 April 2021, dengan sejumlah ketentuan yang harus dipatuhi.

Di antaranya seperti durasi belajar 3 hingga 4 jam, daya tampung 1 kelas hanya 50 persen, ditambah pengaturan jarak 1,5 meter antar tempat duduk siswa.

Tapi perlu diingat juga, data Satgas Covid-19 per 28 Maret 2021, menunjukkan 14 persen atau 181.637 kasus Covid-19 terdiri dari mereka yang berusia anak bersekolah, dengan rincian sebagai berikut: 

  • usia 0 hingga 2 tahun (PAUD) sebanyak 23.934 kasus.
  • usia 3 hingga 6 tahun (TK) sebanyak 25.219 kasus.
  • usia 7 hingga 12 tahun (SD) sebanyak 49.962 kasus.
  • usia 13 hingga 15 tahun (SMP) sebanyak 36.634 kasus.
  • usia 16 hingga 18 tahun (SMA) sebanyak 45.888 kasus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI