Studi Oxford: 1 Dari 3 Penyintas Covid-19 Berisiko Alami Masalah Kejiwaan

Rabu, 07 April 2021 | 16:33 WIB
Studi Oxford: 1 Dari 3 Penyintas Covid-19 Berisiko Alami Masalah Kejiwaan
Ilustrasi: Studi Oxford: 1 Dari 3 Penyintas Covid-19 Berisiko Alami Masalah Kejiwaan [Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyintas Covid-19 beresiko alami neurologis atau masalah kejiwaan. Dari hasil penelitian ditemukan, bahwa satu dari tiga orang yang pulih dari Covid-19 kemungkinan mengalami hal tersebut.

Penelitian yang diterbitkan pada jurnal The Lancet Psychiatry membuktikan bahwa pasien Covid-19 secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah di area otak daripada sakit yang disebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya.

Para ahli mempelajari catatan kesehatan lebih dari 230.000 pasien yang telah sembuh dari Covid-19. Mereka menemukan bahwa 34 persen didiagnosis dengan kondisi neurologis selama enam bulan. Kondisi yang paling umum adalah kecemasan (17 persen) dan gangguan mood (14 persen).

Untuk 13 persen pasien gangguan tersebut merupakan diagnosis pertama mereka atas masalah kesehatan mental.

Baca Juga: Peneliti Oxford Paparkan Manfaat Bermain Video Game Bagi Kesehatan Mental

Insiden gangguan neurologis seperti pendarahan otak (0,6 persen), stroke (2,1 persen) dan demensia (0,7 persen) secara keseluruhan lebih rendah terjadi daripada gangguan kejiwaan. Tetapi risiko gangguan otak umumnya lebih tinggi pada pasien yang menderita Covid dengan kondisi parah.

Para penulis juga memeriksa data dari lebih 100 ribu pasien yang didiagnosis dengan influenza dan lebih dari 236 ribu yang didiagnosis dengan infeksi saluran pernapasan.

Mereka menemukan secara keseluruhan ada risiko 44 persen lebih besar untuk diagnosis kesehatan neurologis dan mental setelah Covid-19 daripada setelah flu, dan risiko 16 persen lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi saluran pernapasan.

"Banyak dari kondisi ini kronis. Akibatnya, sistem perawatan kesehatan perlu didukung untuk menangani kebutuhan yang diantisipasi, baik dalam layanan perawatan primer dan sekunder," kata Paul Harrison, penulis utama dari University of Oxford, dikutip dari Channel News Asia.

Pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 parah berisiko besar alami lonh covid, menurut analisis. Misalnya, 46 persen pasien yang membutuhkan perawatan intensif didiagnosis dengan kondisi neurologis atau kejiwaan dalam waktu enam bulan setelah pemulihan.

Baca Juga: Sebanyak 138 Negara Telah Lakukan Vaksinasi Covid-19, Siapa Paling Cepat?

Data menunjukkan 2,7 persen orang yang membutuhkan perawatan intensif menderita pendarahan otak setelah sembuh dari Covid, dibandingkan dengan 0,3 persen orang yang tidak dirawat di rumah sakit. Sementara itu, hampir 7 persen dari pasien yang membutuhkan perawatan intensif menderita stroke.

Menulis dalam artikel komentar terkait, Jonathan Rogers dari University College London, menanggapi bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, mengenai neurologis dan psikiatri jangka panjang di antara pasien Covid-19 

“Sayangnya, banyak gangguan yang diidentifikasi dalam penelitian ini cenderung kronis atau berulang, sehingga kami dapat mengantisipasi bahwa dampak Covid-19 bisa bersama kami selama bertahun-tahun,” kata Rogers, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI