Suara.com - Di tengah situasi pandemi Covid-19 Indonesia juga masih dihadapkan dengan tantangan penyakit lain. Salah satunya ialah tuberkulosis.
Dikuitp dari ANTARA, Dokter spesialis paru RSUI, Diah Handayani, mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 membuat banyak masyarakat sulit mengakses layanan kesehatan. Kondisi ini tentunya akan makin mempersulit untuk eliminasi TB.
Oleh sebab itu, Diah Handayani menekankan pentingnya tindakan pecegahan tuberkulosis (TB) salah satunya menjemput bola terutama untuk orang yang berisiko seperti pengidap HIV hingga diabetes.
"Tindakan pencegahan dimulai dengan kegiatan mencari, harus ada active case finding atau jemput bola, terutama untuk orang-orang yang mengidap HIV, diabetes mellitus, atau yang tinggal di slum area. Orang-orang yang berisiko tersebut harus diberikan terapi pencegahan," kata dia dalam siaran pers RSUI, ditulis Jumat.
Baca Juga: Gawat! 2 Pasien Covid-19 di Tasikmalaya Kabur dari RS lewat Jendela
Hal ini seperti yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO, diagnosis dan tatalaksana TB laten perlu dilakukan di antaranya pada pasien HIV/AIDS, pasien kontak dengan kasus TB aktif, pasien dengan pengobatan anti-TNFa, pasien hemodialysis, transplantasi organ, pasien dengan silikosis, tuna wisma, warga binaan lapas, serta petugas kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, di Indonesia terdapat sekitar 50 persen penduduk terinfeksi TB dan hampir 1 juta atau 1 per 10 angka TB di dunia.
Sementara dari sisi upaya preventif TB, Indonesia baru mencapai angka 12 persen sehingga diperlukan inovasi-inovasi ide dan program pencegahan untuk menurunkan kasus juga dalam hal skrining, deteksi maupun pengobatan TB.
Sekretaris Jejaring Riset TB dari UI, dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, menjelaskan inovasi-inovasi penelitian pencegahan tuberkulosis dapat diterapkan pada setiap perjalanan alamiah tubekulosis, tidak hanya pada tahapan pengobatan.
Beberapa contoh inovasi tersebut bisa dilakukan dalam tahap mencegah pajanan, mencegah infeksi, deteksi dini, mencegah sakit TB, meningkatkan kesembuhan, pembatasan ketidakmampuan dan rehabilitasi, serta inovasi dalam hal pencatatan dan pelaporan.
Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Dikaitkan dengan 30 Kasus Pembekuan Darah di Inggris
"Ada beberapa langkah dalam membuat inovasi tersebut di antaranya, identifikasi masalah, penelitian dan pengembangan, menyusun konsep inovasi, penerapan dan evaluasi," kata Artawan.