Hari Autisme Sedunia, Ini Alasan Anak Pengidap Autisme Wajib Terapi

Jum'at, 02 April 2021 | 17:31 WIB
Hari Autisme Sedunia, Ini Alasan Anak Pengidap Autisme Wajib Terapi
Ilustrasi autisme. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di momen Hari Peduli Autisme Internasional yang diperingati setiap 2 April, pandemi Covid-19 nyatanya berdampak pada pendidikan dan penanganan anak dengan autisme.

Menurut Orthopedagog Nuryanti Yamin, banyak orangtua yang menghentikan kegiatan terapi selama pandemi Covid-19 karena khawatir tertular.

"Sejak pandemi Covid-19 mulai di Indonesia Maret 2020, kita juga baru buka kembali terapi pada Juli 2020, hasilnya selama 3 bulan anak tidak mendapatkan intervensi simulasi dari terapi," ujar Nuryanti saat dihubungi Suara.com, Kamis (2/4/2021).

Lalu, apa dampak terburuk saat anak autis tidak lagi diterapi?

Baca Juga: Hari Autisme Sedunia 2021: Ini Beda Anak Autis dengan Down Syndrome

Nuryanti menjelaskan terapi adalah intervensi simulasi, yakni bantuan secara spesifik seperti terapi bicara, motorik (gerakan), hingga terapi belajar (kognitif).

Jika dengan bantuan terapi kemampuan anak dengan autis bisa terus berkembang, namun jika tidak mendapatkan terapi maka kemampuan anak tidak akan berkembang, bahkan bisa menurun seperti jalan jadi tidak seimbang akibat tidak dapat stimulasi motorik.

"Ketika mereka tidak terapi selama 3 bulan, artinya tidak ada perkembangan motorik yang signifikan sesuai kebutuhan mereka," ungkap Nuryanti.

"Misalnya mereka usianya 5 tahun, tapi kemampuan motoriknya ada di 3 tahun, ketika tidak diterapi maka tidak ada peningkatan secara signifikan," lanjutnya.

Perempuan yang juga terapi ahli anak berkebutuhan khusus di Drisana Center ini mengingatkan, kewajiban orangtua selama pandemi adalah menjaga agar perkembangan anak autis tidak menurun, meskipun tidak mendapatkan terapi.

Baca Juga: Paparan Limbah Beracun Saat Hamil Tingkatkan Risiko Anak Mengalami Autisme?

Caranya yaitu dengan menstimulus anak dengan berbagai kegiatan di rumah, entah itu bermain atau melakukan aneka tugas sehari-hari.

"Selama mereka tidak mendapatkan terapi yang spesifik, tapi mendapatkan simulasi yang konsisten di rumah, secara signifikan kemampuan mereka tetap akan sama, seperti terakhir mereka terapi," ungkap Nuryanti.

Bahkan tidak jarang meski anak dengan autis tidak mendapatkan terapi namun jika terus menerus mendapatkan stimulasi di rumah, bukan tidak mungkin mereka akan berkembang di bidang yang lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI