Studi: Rutin Konsumsi Aspirin Turunkan Risiko Kematian Kanker Usus

Kamis, 01 April 2021 | 18:46 WIB
Studi: Rutin Konsumsi Aspirin Turunkan Risiko Kematian Kanker Usus
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian baru menunjukkan bahwa penggunaan aspirin dosis rendah secara teratur dan jangka panjang dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker usus besar dan rektal. Studi ini disusun oleh peneliti dari Samuel Oschin Cancer Institute di Cedars-Sinai Medical Center in Los Angeles.

Melansir dari Medicinenet, peneliti menemukan bahwa aspirin mencegah sel darah yang disebut trombosit memproduksi enzim yang memungkinkannya menggumpal. Sel tumor dapat menempel pada gumpalan ini dan menyebar (bermetastasis) ke seluruh tubuh.

"Aspirin menghambat aktivasi trombosit yang juga dapat menghambat metastasis," kata penulis utama Jane Figueiredo dari Community and Population Health Research di Cedars-Sinai Medical Center in Los Angeles.

Untuk penelitian tersebut, tim Figueiredo menganalisis data dari 2.500 lebih pasien kanker usus besar dan rektal di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan aspirin cenderung tidak mengalami penyebaran tumor.

Baca Juga: Peneliti Temukan Minum Jus Jeruk Tingkatkan Risiko Kanker Kulit, Kok Bisa?

Ilustrasi kanker (Pixabay/PDPics)
Ilustrasi kanker (Pixabay/PDPics)

"Dibutuhkan lebih banyak bukti tetapi hubungan antara aspirin dan tingkat kematian yang lebih rendah ini sangat signifikan," kata Figueiredo dalam rilis berita Cedars-Sinai.

Sementara pasien yang mulai mengonsumsi aspirin setelah didiagnosis kanker memiliki hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mengonsumsi aspirin.

“Penemuan ini mungkin memberikan pilihan gaya hidup yang murah untuk orang yang ingin mencegah kanker kolorektal atau untuk meningkatkan prognosis mereka jika mereka telah didiagnosis mengalami kanker,” kata Figueiredo.

Penemuan ini telah dipublikasikan di Journal of National Cancer Institute. Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Baca Juga: Gadis Ini Ubah Lukisan Anak Penderita Kanker Jadi Merchandise Ikonik

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI