Suara.com - Sudah setahun lebih anak-anak sekolah melakukan kegiatan belajar mengajar melalui daring atau online. Ini dilakukan untuk mengurangi penularan pada anak-anak yang kekebalannya masih rentan.
Tapi di sisi lain, kegiatan belajar secara virtual ini justru memiliki banyak risiko bagi kesehatan mental dan kesejahteraan anak dan orang tua daripada pembelajaran secara langsung.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, hampir 25% dari 1.290 orang tua dengan anak usia 5 hingga 12 tahun melaporkan memburuknya kesehatan mental atau emosional anak mereka.
Para orang tua juga mengatakan bahwa anak mereka cenderung menjadi kurang aktif secara fisik, menghabiskan lebih sedikit waktu di luar bersama teman-temannya.
Baca Juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19
"Beberapa anak menyerah, beberapa anak kehilangan semangat. Beberapa anak tidak lagi memiliki kecintaan untuk belajar," kata Stephanie Kokinos, ibu dua anak asal New York City, dilansir CNN.
Presiden AS Joe Biden telah mendorong pembukaan sekolah kembali selama pandemi dan CDC juga telah merilis panduan tentang bagaimana cara membuka sekolah secara aman selama pembelajaran tatap muka.
Namun, para ahli mengatakan bahwa sekolah tatap muka kembali tidak akan baik untuk kesehatan mental setiap anak.
Misalnya, beberapa anak yang diejek atau diintimidasi di sekolah merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri sendiri di rumah.
Presiden Let Grow dan pendiri gerakan Free-Range Kids, Lenore Skenazy, menyarankan bagi orang tua untuk memikirkan kembali masa kecil mereka sendiri dan merencanakan waktu ekstra yang mungkin dimiliki anak di luar jam belajar.
Baca Juga: Peneliti Oxford Paparkan Manfaat Bermain Video Game Bagi Kesehatan Mental
"Jadi, saya ingin orang tua merasa nyaman dengan 'waktu luang' di tahun yang aneh ini, dan mengenali pertumbuhan yang dialami anak-anak mereka, bahkan ketika bagian pembelajaran jarak jauh tidak berjalan sebaik itu," tandasnya.