Terungkap! Ini Sebabnya Penyakit Alzheimer Lebih Rentan Terjadi Pada Wanita

Senin, 29 Maret 2021 | 12:38 WIB
Terungkap! Ini Sebabnya Penyakit Alzheimer Lebih Rentan Terjadi Pada Wanita
Ilustrasi Alzheimer. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sains akhirnya menemukan alasan mengapa penyakit Alzheimer lebih rentan terjadi pada wanita daripada pria.

Menurut penelitian dari Universitas Lund di Swedia, penyakit Alzheimer berkembang lebih cepat pada wanita dibanding dengan pria karena adanya perbedaan dalam akumulasi penumpukan protein.

Penumpukan protein tau (salah satu protein yang ada di sistem saraf otak) dan beta-amyloid menjadi penyebab utama terjadinya penyakit Alzheimer.

Di tahap pertama, akumulasi penumpukan protein hanya terjadi pada beta-amiloid. Tidak ada pengaruh berbeda antara wanita dan pria di tahap ini.

Di tahap kedua, disfungsi memori muncul yang diakibatkan oleh penumpukan protein tau. Pada tahap ini, lebih banyak wanita yang terpengaruh daripada pria.

"Tingkat akumulasi sangat bervariasi antara individu dengan jenis kelamin yang sama, tetapi di lobus temporal, yang dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer, kami menemukan tingkat akumulasi 75 persen lebih tinggi pada wanita dibanding dengan pria," ungkap Ruben Smith, yang merupakan penulis penelitian, dilansir Healthshots.

Akumulasi protein tau terjadi lebih cepat pada pasien yang memiliki akumulasi patologis beta-amiloid, yang merupakan fase awal penyakit.

Penemuan ini mengungkap, tingkat akumulasi protein tau lebih tinggi pada wanita, bahkan setelah disesuaikan dengan usia dan tingkat gejala yang dimiliki sejak awal.

Data tersebut, ditambah dengan data dari tiga penelitian kohort lainnya di Amerika Serikat, membuat total partisipan menjadi 209 wanita dan 210 pria.

Baca Juga: Kesepian Terus Menerus di Usia Paruh Baya Tingkatkan Risiko Demensia

"Langkah selanjutnya adalah memerika mengapa akumulasi ini lebih cepat pada wanita," ungkap Sebastian Palqvist, peneliti yang menilai kognitif pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI