Ilmuwan Sebut Mutasi Covid-19 Bisa Menginfeksi Lagi Setiap 2 hingga 4 Tahun

Senin, 29 Maret 2021 | 08:50 WIB
Ilmuwan Sebut Mutasi Covid-19 Bisa Menginfeksi Lagi Setiap 2 hingga 4 Tahun
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang ilmuwan terkemuka memperingatkan bahwa mutasi virus corona Covid-19 akan terus menginfeksi kembali orang-orang setiap 2 hingga 4 tahun.

Paul Hunter, professor kedoktteran di University of East Anglia, mengatakan lebih banyak varian baru virus corona yang bermunculan. Bahkan, ketika pandemi virus corona surut, tetapi tidak semuanya menjadi perhatian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi 3 varian virus corona mengkhawatirkan yang bisa memiliki implikasi kesehatan masyarakat signifikan jika menjadi dominan.

Varian baru virus corona yang mengkhawatirkan ini termasuk: varian virus corona Inggris, Afrika Selatan dan Brasil yang lebih menular. Para ahli mengkhawatirkan varian baru virus corona ini kebal terhadap vaksin Covid-19.

Baca Juga: Pertama Kali, Bayi Baru Lahir Punya Antibodi Covid-19 Usai Ibunya Vaksinasi

Prof Hunter mengatakan sangat sulit untuk memprediksi mutasi virus corona Covid-19, tetapi menekan penyebarannya mungkin bisa mencegah penyakit serius.

Ilustrasi Virus Corona Covid-19 (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona Covid-19 (Unsplash/CDC)

Ia juga mengimbau pemerintah untuk terus memantau penyebaran varian baru virus corona Covid-19 dengan cermat. Prof Hunter mengatakan bahwa varian baru virus corona itu berkembang sangat jelas serta beberapa varian baru virus corona menyebar cepat dan menjadi dominan.

"Banyak virus corona yang sudah ada selama beberapa dekade. Virus ini pun perlahan bermutasi dan akhirnya menginfeksi kembali setiap dua hingga 4 tahun dengan virus yang sama," jelas Prof Hunter dikutip dari The Sun.

Prof Hunter cenderung melihat mutasi ini terjadi pada virus corona. Tapi, sangat sulit untuk memprediksi apa yang terjadi dengan varian baru virus corona.

"Karena itu, kami harus mengawasinya dan memastikan varian baru virus corona tidak menyebabkan kondisi yang lebih buruk," jelasnya.

Baca Juga: Waspada, Ilmuwan Peringatkan Risiko Gelombang Ketiga Virus Corona Covid-19

Dalam hal ini, varian baru virus corona Afrika Selatan dan Brasil mengandung mutasi E484K, yang dianggap kebal terhadap antibodi penetral yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus.

Sebelumnya, ilmuwan Oxford mengungkapkan bahwa vaksin AstraZeneca sekarang ini harus disesuaikan agar efektif melawan varian baru virus corona Covid-19.

Nadhim Zahawi meyakinkan orang Inggris bahwa suntikan vaksin Oxford masih akan mencegah kematian. Meskipun, sebuah penelitian menunjukkan vaksin itu kurang efektif melawan penyakit ringan yang disebabkan oleh strain tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI