Menahan Argumen Demi Menghindari Pertengkaran Ternyata Buruk bagi Kesehatan

Minggu, 28 Maret 2021 | 13:52 WIB
Menahan Argumen Demi Menghindari Pertengkaran Ternyata Buruk bagi Kesehatan
Ilustrasi pasangan bertengkar. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang memilih sabar dan berdiam diri ketika berargumen dengan pasangan atau orang lain. Faktanya, kebiasaan itu justru tidak baik untuk kesehatan.

Jika Anda ingin hidup yang lebih sehat dan lebih lama, sampaikan semua argumen Anda kepada lawan bicara. Karena, itu bisa mengurangi respons emosional terkait perselisihan.

Temuan sebuah studi menunjukkan orang-orang yang merasa pertemuannya sudah cukup menyelesaikan pertengkaran di antara mereka justru setengahnya tidak benar-benar menyelesaikan masalahnya.

"Setiap orang mengalami stress dalam kehidupan sehari-hari. Anda sudah pasti tidak bisa menghentikan hal-hal yang membuat stress terjadi. Tapi, sejauh mana Anda bisa mengikatnya, mengakhirinya dan mengatasinya pasti akan membuahkan hasil bagi kesehatan maupun kesejahteraan," kata peneliti Robert Stawski dari Oregon State University dikutip dari Times of India.

Baca Juga: Tidak Muncul Reaksi Usai Vaksinasi, Apakah Vaksin Covid-19 Tetap Bekerja?

Penelitian ini diterbitkan dalam The Journals of Gerontology, tim menggunakan data dari survei mendalam terhadap lebih dari 2.000 orang yang diwawancara tentang perasaan dan pengalamannya selama 8 hari berturut-turut.

Ilustrasi pasangan bertengkar. (Shutterstock)
Ilustrasi pasangan bertengkar, berdebat, berargumen. (Shutterstock)

Para peneliti melihat laporan dari kedua argumen dan argumen yang dihindari. Hal ini didefinisikan sebagai contoh di mana seseorang bisa berdebat tentang sesuatu, tetapi memilih untuk membiarkannya agar tidak terjadi perselisihan, baik untuk hari pertemuan itu maupun sehari setelah itu terjadi.

Ukuran bagaimana suatu pengalaman mempengaruhi seseorang secara emosional, peningkatan emosi negatif atau penurunan emosi positif, pada hari terjadinya dikenal sebagai "reaktivitas". Sedangkan "residu" adalah beban emosional yang berkepanjangan sehari setelah pengalaman itu terjadi.

Hasilnya, orang-orang yang merasa pertengkarannya terselesaikan saat pertemuan melaporkan kira-kira setengahnya dari reaktivitas mereka tidak terselesaikan di hari pertengkaran.

Pada hari setelah pertengkaran yang dihindari, hasilnya justru lebih mencolok. Orang-orang yang merasa masalahnya telah terselesaikan tidak menunjukkan peningkatan pengaruh negatif yang berkepanjangan esok harinya.

Baca Juga: Penelitian Terbaru: Vaksin Covid-19 Lebih Kuat bagi Para Penyintas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI