Stres Otak Bisa Sebabkan Sindrom Patah Hati, Risikonya Mengerikan

Sabtu, 27 Maret 2021 | 08:01 WIB
Stres Otak Bisa Sebabkan Sindrom Patah Hati, Risikonya Mengerikan
Ilustrasi stres. [Ema Rohimah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otak mungkin berperan dalam memicu sindrom patah hati yang secara resmi dikenal sebagai sindrom Takotsubo (TTS). Sindrom ini adalah masalah jantung sementara di mana berpotensi mematikan yang disebabkan oleh situasi dan emosi yang membuat stres.

Melansir dari Medicinenet, studi yang yang diterbitkan European Heart Journal ini memastikan adanya peningkatan aktivitas metabolik yang terkait stres di otak di mana dapat meningkatkan risiko sindrom tersebut. Dalam studi ini, para peneliti menganalisis pemindaian pencitraan otak dari 41 orang yang kemudian mengembangkan sindrom tersebut.

"Area otak yang memiliki aktivitas metabolik lebih tinggi cenderung lebih banyak digunakan. Oleh karena itu, aktivitas yang lebih tinggi di pusat otak yang terkait dengan stres menunjukkan bahwa individu memiliki respons yang lebih aktif terhadap stres," kata penulis senior studi Dr. Ahmed Tawakol, direktur kardiologi nuklir dan wakil direktur Pusat Penelitian Pencitraan Kardiovaskular di Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Para peneliti menemukan bahwa aktivitas yang meningkat di amigdala otak memprediksi TTS berikutnya, serta waktu terjadinya sindrom tersebut. Misalnya, orang dengan aktivitas tertinggi di amigdala mengembangkan sindrom tersebut dalam setahun setelah pemindaian otak. Sementara orang dengan aktivitas menengah di amigdala mengembangkan sindrom tersebut beberapa tahun kemudian.

Baca Juga: Studi: Ibu Hamil dan Pascamelahirkan Alami Stres Lebih Besar selama Pandemi

"Kami menunjukkan bahwa TTS terjadi tidak hanya karena seseorang menghadapi peristiwa menyedihkan," kata Tawakol dalam rilis berita rumah sakit.

"Sebaliknya, individu dengan aktivitas otak yang berhubungan dengan stres tinggi dan tampak prima bisa mengembangkan TTS," imbuhnya.

Studi ini juga menemukan hubungan antara aktivitas otak terkait stres dan aktivitas sumsum tulang pada individu.

Ilustrasi stres (pexels/@olly)
Ilustrasi stres (pexels/@olly)

Sumsum tulang menghasilkan berbagai jenis sel darah yang membawa oksigen, meningkatkan respons kekebalan dan pembekuan darah, sehingga aktivitas otak terkait stres dapat memengaruhi aktivitas sel yang memengaruhi kesehatan jantung.

"Studi harus menguji apakah pendekatan semacam itu untuk mengurangi aktivitas otak  berhubungan dengan stres menurunkan kemungkinan TTS," kata Tawakol.

Baca Juga: Sering Alami Mimpi Buruk? Simak Penjelasan Ahli Berikut

Dia juga mencatat perlunya lebih banyak penelitian untuk memeriksa bagaimana pengurangan stres atau perawatan obat untuk mengurangi aktivitas otak terkait stres dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI