Antara Cinta dan Obsesi Beda Tipis, Seperti Apa Perbedaannya?

Jum'at, 26 Maret 2021 | 19:14 WIB
Antara Cinta dan Obsesi Beda Tipis, Seperti Apa Perbedaannya?
Ilustrasi pasangan (freepik.com/wayhomestudio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada beberapa orang yang mengaku mencintai pasangan mereka dengan sepenuh hati dan rela melakukan apa saja atas nama 'cinta'.

Namun, banyak orang yang masih bias dengan arti cinta yang sebenarnya dengan obsesi yang tidak sehat.

Jika seseorang yang Anda pacari menghujani Anda dengan kasih sayang dan hadiah sejak awal, itu bisa menjadi 'bom cinta', di mana seorang manipulatif membuat Anda yakin bahwa ia telah menemukan kekasih hati.

Tapi pada akhirnya, mereka akan bersikap kejam dan mulai mengontrol Anda.

Baca Juga: So Sweet! 50 Tahun Menikah, Foto Pasangan Ini Dulu vs Sekarang Bikin Baper

Mencintai seseorang berarti memberi mereka ruang

Dalam buku The Psychology of Passion: A Dualistic Model, dilansir Insider, psikolog Robert Vallerand mengatakan gairah obsesif lebih merupakan ancaman bagi suatu hubungan.

Jika seseorang jatuh cinta dengan Anda, mereka akan memercayai dan hanya menginginkan hal-hal baik untuk diri Anda, termasuk memberi ruang saat dibutuhkan.

Ilustrasi pasangan (pexels.com/Rosie Ann)
Ilustrasi pasangan (pexels.com/Rosie Ann)

Sebaliknya, seseorang yang terobsesi akan menjadi pencemburu dan posesif. Mereka tidak menyukai Anda yang mandiri karena takut Anda bertemu dengan orang lain dan meninggalkan mereka.

Seorang yang obsesif memiliki sifat defensif, mengontrol dan mudah kesal. Jadi tidak heran jika wanita yang menjalin hubungan dengan pria yang sangat obsesif mengaku kurang puas secara seksual.

Baca Juga: 5 Alasan kenapa Cowok Tampan Pilih Pasangan yang Tak Rupawan

Awal dari hubungan yang baik akan menyenangkan, dan akan terus begitu setelahnya. Tetapi jika berbulan-bulan kemudian Anda merasa terganggu, menjadi mengabaikan teman, keluarga, atau hobi yang Anda senangi hanya untuk pasangan, maka itu bukan pertanda hubungan yang sehat.

Menurut psikolog dan pakar hubungan Jonathan Marshall, tidak wajar ketika seseorang hanya berfokus pada satu orang sampai dirinya terisolasi dari hal-hal yang sebelumnya penting.

"Ketika orang lain itu menjadi raison d'être (tujuan) kita, itu keterlaluan. Jatuh cinta itu sedikit penyakit karena kita menjadi sedikit 'gila', tetapi jika kegilaan itu berlangsung lama, dan Anda tidak dapat menemukan 'kompas batin', maka saya pikir itu pertanda bahwa ada yang tidak benar," ujar Marshall, menjelaskan bagaimana gairah obsesi tumbuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI