Suara.com - Penelitian terbaru menemukan, pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke, dibanding dengan pasien yang yang masuk rumah sakit karena kondisi seperti influenza maupun sepsis (peradangan tubuh).
Pasien yang mengalami stroke iskemik sendiri umumnya terjadi pada orang yang sudah tua, dengan tekanan darah tinggi dan detak jantung tidak teratur.
Peneliti dari Amerika Serikat yang mengakses American Heart Association’s COVID-19 Cardiovascular Disease Registry dan menyelidiki risiko stroke pada pasien COVID-19. Penelitian ini mencakup lebih dari 20.000 pasien COVID-19 yang di rawat di seluruh Amerika Serikat antara Januari dan November 2020.
"Temuan ini menunjukkan, COVID-19 dapat meningkatkan risiko stroke, meski mekanisme pastinya masih belum diketahui," ungkap Saate S. Shakil, M.D, rekan kardiologi di University of Washington di Seattle.
Baca Juga: LIVE STREAMING: 1 Tahun Lawan Covid-19, Ribuan Pasien Mengheningkan Cipta
Ia mengatakan, saat pandemi masih berlanjut, tidak hanya terjadi pada penyakit pernapasan tapi juga penyakit pembuluh darah yang memengaruhi sistem organ.
"Kami menemukan bahwa COVID-19 tidak hanya gejala penyakit pernapasan saja, melainkan juga penyakit pembuluh darah yang dapat memengaruhi banyak sistem organ," ungkapnya.
Analisis tersebut menemukan, penyakit stroke cenderung terjadi pada laki-laki berusia di atas 65 tahun, sebanyak 64 persen dibanding pasien tanpa stroke di usia 61 tahun.
Selain itu, 44 persen pasien yang mengalami stroke iskemik juga menderita diabetes tipe 2, diikuti sepertiga pasien tanpa stroke.
Belakangan, pasien dengan stroke iskemik juga memiliki tekanan darah tinggi 80 persen. Tak hanya itu, pasien yang mengalami stroke menghabiskan waktu selama 22 hari di rumah sakit, dibanding pasien yang dirawat 10 hari tanpa stroke. Risiko kematian akibat stroke juga terjadi, yakni sebesar 37 persen.
Baca Juga: Setahun Operasional, Ini Kisah Awal Wisma Atlet Berubah Jadi RS Darurat