Pandemi Bikin Penanganan Pasien TB Terhambat, Ini Saran Satgas Covid-19 IDI

Rabu, 24 Maret 2021 | 12:25 WIB
Pandemi Bikin Penanganan Pasien TB Terhambat, Ini Saran Satgas Covid-19 IDI
Ilustrasi virus corona Covid-19, masker bedah (Pixabay/Coyot)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peringatan Hari Tuberkulosis Dunia tahun ini masih diselimuti dengan Pandemi Covid-19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengakui bahwa penanganan Covid-19 telah menyita sebagian besar sumber daya medis, termasuk diagnosis juga pengobatan pasien tuberkulosis (TB).

Dalam kondisi seperti itu, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI prof. dr. Zubairi Djurban menyarankan agar pemerintah meningkatkan skrining nasional terhadap orang-orang yang rentan sakit TB.

"Saran saya, Indonesia harus giat menjalankan program skrining TB nasional untuk kelompok berisiko tinggi, dalam rangka mengontrol TB," kata prof. Zubairi dikutip dari tulisannya di media sosial Twitter, Rabu (24/3/2021).

Studi yang dimuat di The Guardian, lanjut peof Zubairi, disebutkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak penurunan 25 persen diagnosis dan pengobatan TB di seluruh dunia. Data dari India dan Afrika Selatan juga menunjukkan orang yang terinfeksi TB dan Covid-19 tiga kali lebih mungkin meninggal dibandingkan orang yang hanya terinfeksi TB.

Baca Juga: Cerita Nenek 106 Tahun, Jadi Saksi Dua Pandemi Paling Mengerikan di Dunia

Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)
Ilustrasi tuberkulosis. (Shutterstock)

Sementara di Indonesia ada 300 orang meninggal akibat TB setiap hari. Angka kematian di dunia, TB telah menyebabkan tiga orang meninggal dunia setiap menit.

"Hari Tuberkulosis Sedunia adalah peringatan untuk mewaspadai penyakit yang bersifat sistemik ini. Sebab, TB dapat menginfeksi hampir semua organ tubuh. Namun, lokasi terbanyak itu di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer," kata prof Zubairi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi juga sebelumnya telah menyatakan bahwa banyak hal yang mengganggu program penanganan TB di Indonesia.

Seperti banyak pasien dan keluarga yang mengalami kendala dalam melakukan pengobatan dan mengambil obat ke layanan kesehatan karena adanya pembatasan di berbagai sektor, misalnya transportasi.

"Kegawatdaruratan pandemi Covid-19 juga menyebabkan rasa takut masyarakat memeriksakan gejalanya ke fasilitas layanan kesehatan," jelas dia dalam jumpa pers Hari Tuberkulosis Sedunia, kemarin.

Baca Juga: Honor Belum Dibayar, Pengusung Jenazah Covid-19 Geruduk Rumah Wali Kota

Serta dukungan sosial atau pendampingan pasien dalam menyelesaikan pengobatan secara langsung menjadi terkendala akibat penerapan kesehatan yang ketat guna memutus rantai penularan Covid-19.

Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan keberlangsungan pelayanan TB pada masa pandemi Covid-19, kata dia, ada beberapa perubahan terhadap layanan TBC yang coba dikembangkan di masa pandemi.

Salah satunya adalah melakukan pemantauan elektronik. Sehingga, pemantauan minum obat tidak hatus dilakukan secara langsung, tetapi bisa dilakukan melalui sarana elektronik, seperti memanfaatkan aplikasi WhatsApp.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI