Hentikan Pengobatan Tanpa Instruksi Dokter, Pasien TB Bisa Alami Kebal Obat

Selasa, 23 Maret 2021 | 08:19 WIB
Hentikan Pengobatan Tanpa Instruksi Dokter, Pasien TB Bisa Alami Kebal Obat
Ilustrasi TB kebal obat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasien TB atau tuberkulosis harus menjalani pengobatan secara teratur dan tuntas agar bisa sembuh. Selain rutin kontrol ke dokter, pasien juga akan diberi obat anti tubekulosis atau OAT.

Dokter spesialis paru dr. Silmi Kaffah, Sp.P. mengatakan bahwa OAT harus dikonsumsi oleh pasien selama 9 hingga 12 bulan secara teratur sesuai anjuran dokter.

"Bukan berarti kalau gejalanya sudah mereda kita bisa menghentikan OAT tersebut. Tetapi tetap harus konsumsi sampai tuntas sesuai dengan instruksi dokter. Perlu diketahui juga bahwa OAT ini disediakan gratis oleh pemerintah atau fasyankes," kata dokter Silmi dalam siaran langsung Radio Kesehatan Kemenkes, Senin (22/3/2021).

Meski ampuh, konsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama tersebut bisa menimbulkan efek samping. Dokter Silmi mengatakan, sejak awal pasien diberi tahu tentang kemungkinan efek samping yang akan dialaminya. Menurut dokter Silmi, efek samping yang terjadi umumnya mual, dapat disertai muntah, dan juga gatal-gatal pada seluruh permukaan kulit.

Baca Juga: Derita Tuberkulosis Sejak Kecil,Telinga Wanita Ini Bengkak hingga Bau Busuk

"Apabila timbul efek samping berlebihan, harus segera kontrol ke rumah sakit atau dimajukan jadwal kontrolnya dari waktu yang ditentukan," saran dokter Silmi.

Tetapi, kalau pasien menghentikan OAT tanpa intruksi dari dokter, maka berisiko mengalami TB resistensi obat (RO) atau TB kebal obat.

"Artinya tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis yang telah mengalami kekebalan terhadap minimal dua obat TBC, yang paling paten yaitu itu isoniazid atau rifampicin," imbuhnya.

Untuk mendiagnosis TB RO, pasien perlu menjalani uji kepekaan. Setelah dipastikan mengalami kekebalan obat, pasien harus menjalani pengobatan secara terpisah.

"Pengobatan TB RO dibagi dua, bisa jangka pendek atau STR 9-11 bulan atau jangka panjang kurang lebih 21 sampai 24 bulan," kata dokter Silmi.

Baca Juga: Bolehkah Ibu dengan TB Menyusui Bayinya? Ini Jawaban Dokter Anak

Ia mengingatkan bahwa setiap pengobatan yang dijalani pasien tuberkulosis harus sesuai instruksi dokter, baik penentuan mulai konsumsi obat, jumlah dosis, hingga waktu berhenti minum obat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI