Suara.com - Perempuan mungkin bisa mengalami efek samping vaksin yang lebih berarti daripada pria. Hal ini disebabkan oleh respons hormon mereka terhadap kekebalan.
Melansir dari Healthline, para ahli menduga bahwa pada perempuan terutama sebelum menopause memiliki kadar estrogen yang membantu mengaktifkan respons kekebalan terhadap penyakit begitu juga terhadap vaksin.
Sebaliknya, pria memiliki lebih banyak testosteron, hormon yang agak meredam atau memperlambat respons yang sama.
Sederhananya, perempuan pada umumnya memiliki respons yang lebih kuat terhadap vaksin karena tubuh mereka lebih cepat dan lebih kuat dalam hal mengaktifkan apa yang diperkenalkan oleh vaksin ke dalam tubuh.
Baca Juga: Masih Bermasalah, Penelitian Vaksin Nusantara Dihentikan Sementara
“Penyakit menular pada umumnya selalu tentang respons kekebalan dan bukan bugnya,” kata Dr. Larry Schlesinger, presiden dan kepala eksekutif Texas Biomedical Research Institute di San Antonio.
“Pada perempuan, ada respons yang lebih kuat terhadap vaksin,” katanya kepada Healthline.
Menurut Schlesinger, di masa lalu telah diketahui bahwa respons vaksin yang lebih kuat pada perempuan telah terlihat dalam vaksin untuk demam kuning, DPT, influenza, dan penyakit lainnya.
Schlesinger mengatakan estrogen mendorong tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel T, sel reaktor yang melindungi kita saat vaksin diperkenalkan.
"Karena itu, kami melihat respons yang lebih cepat dan lebih kuat yang dialami banyak perempuan," ujar Schlesinger.
Baca Juga: Soal Halal-Haram Vaksin AstraZeneca, Wagub DKI: Kami Ikut Kebijakan Pusat
Menurut para ahli, tantangannya sekarang adalah untuk membagikan informasi tanpa menimbulkan kekhawatiran atau alasan untuk menghindari vaksin.
Dr. William Schaffner, pakar penyakit menular dan profesor di divisi penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine di Tennessee, mengatakan kepada Healthline bahwa fenomena ini telah diperhatikan selama bertahun-tahun.
Dia mendesak agar perempuan memahami bahwa respons yang lebih kuat dan gejala sementara bukanlah alasan untuk menolak vaksin.
“Covid-19 buruk dan akan menempatkan wanita di ICU seperti halnya pria,” kata Schaffner.
"Sementara efek samping vaksin hanya bersifat sementara dan sebagian besar hilang dalam 24 jam," imbuhnya.