Covid-19 Sudah Beredar 2 Bulan Sebelum Orang Pertama Didiagnosis di China

Jum'at, 19 Maret 2021 | 18:29 WIB
Covid-19 Sudah Beredar 2 Bulan Sebelum Orang Pertama Didiagnosis di China
Penampakan virus corona baru (COVID-19), credit: NIAID-RML
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego, Universitas Arizona dan Illumina, Inc., menduga virus corona Covid-19 belum terdeteksi dua bulan sebelum kasus pertama Covid-19 diumumkan di Wuhan, China, walau sudah menyebar.

Menggunakan alat penanggalan molekuler dan simulasi epidemiologi, para peneliti juga mencatat bahwa virus yang bermutasi mati secara alami lebih dari tiga perempat waktu tanpa menyebabkan epidemi.

"Studi kami dirancang untuk menjawab pertanyaan tentang berapa lama SARS-CoV-2 dapat beredar di China sebelum ditemukan," kata penulis studi Joel O. Wertheim, Ph.D., profesor di Divisi Penyakit Menular dan Kesehatan Masyarakat Global, Fakultas Kedokteran UC San Diego.

Peneliti menggabungkan tiga informasi penting, yakni pemahaman terperinci tentang bagaimana SARS-CoV-2 menyebar di Wuhan sebelum lockdown, keragaman genetik virus di China, dan laporan kasus awal Covid-19 di China.

Baca Juga: Kemenkes Klaim 5 Juta Warga Sudah Divaksin Covid-19 dalam Waktu 2 Bulan

"Dengan menggabungkan garis bukti yang berbeda ini, kami dapat menetapkan batas atas pertengahan Oktober 2019 ketika SARS-CoV-2 mulai beredar di provinsi Hubei," sambungnya, dilansir Medical Xpress.

Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi penularan virus corona. [Shutterstock]

Berdasarkan studi, peneliti memperkiarakan jumlah median orang yang terinfeksi virus corona kurang dari satu pada 4 November 2019, 13 hari kemudian menjadi empat orang dan pada 1 Desember menjadi 9.

Sedangkan pasien rawat inap yang pertama kali didiagnosis sebagai Covid-19 terjadi pada pertengahan Desember.

Model penelitian juga menunjukkan hanya ada tingkat penyebaran yang rendah ketika SARS-CoV-2 beredar di China pada musim gugur 2019, sampai akhirnya memasuki pertengahan Desember.

"Sulit untuk mendamaikan tingkat virus yang rendah di China dengan klaim adanya infeksi juga di Eropa dan AS pada saat yang sama. Saya cukup skeptis dengan klaim beredarnya Covid-19 di luar China pada saat itu," lanjutnya.

Baca Juga: Studi: Hormon Perempuan Mungkin Selamatkan Pria dari Covid-19

Strain asli SARS-CoV-2 menjadi epidemi karena tersebar luas dan karena berkembang di daerah perkotaan di mana penularan lebih mudah.

Dalam simulasi epidemi yang melibatkan populasi pedesaan yang kurang padat, epidemi punah 94,5 hingga 99,6% seiring waktu.

Jadi, menurut peneliti, virus corona telah bermutasi beberapa kali sampai pada akhirnya menjadi varian yang lebih mudah menular.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI