Makan Kedelai Fermentasi Turunkan Risiko Kematian Dini, Ini Sebabnya

Rabu, 17 Maret 2021 | 16:33 WIB
Makan Kedelai Fermentasi Turunkan Risiko Kematian Dini, Ini Sebabnya
Natto, kedelai fermentasi (Pixabay/whui1818)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan data terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jepang sadalah negara yang memiliki usia harapan hidup tinggi. Penelitian yang dipublikasikan di British Medical Journal (BMJ) mencoba mencaritahu salah satu faktornya.

Studi tersebut menemukan bahwa asupan kedelai fermentasi yang lebih tinggi, seperti miso dan natto berkaitan dengan risiko kematian dini lebih rendah. Sedangkan, kedua jenis kedelai fermentasi itu merupakan makanan pokok Jepang.

Sampai sekarang, para peneliti belum menemukan hubungan antara produk kedelai dengan efek kesehatan tertentu, terutama produk kedelai yang difermentasi.

Tim peneliti di Jepang mencoba menyelidiki hubungan antara beberapa jenis produk kedelai dan penyebab kematian papaun, termasuk kanker, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan dan cedera.

Baca Juga: Studi: Setengah dari Mantan Pasien Covid-19 Berisiko Depresi

Para peneliti mendasarkan temuan mereka pada 42.750 pria dan 50.165 wanita usia 45-74 tahun yang mengambil bagian dalam sebuah penelitian berbasis di di 11 wilayah pusat kesehatan masyarakat Jepang.

kedelai, ilustrasi kedelai fermentasi (Elements/Envato)
kedelai, ilustrasi kedelai fermentasi (Elements/Envato)

Para peneliti menemukan bahwa asupan kedelai fermentasi lebih tinggi berkaitan dengan risiko lebih rendah dari semua penyebab kematian. Tetapi, total asupan produk kedelai tidak dikaitkan dengan semua penyebab kematian.

Pria dan wanita yang makan natto juga memiliki risiko kematian kardiovaskular yang lebih rendah, dibandingkan mereka yang tidak makan natto. Tapi, tidak ada hubungan antara asupan kedelai dengan kematian akibat kanker.

Para penulis menunjukkan bahwa produk kedelai yang difermentasi lebih kaya serat, kalium, dan komponen bioaktif daripada produk non-fermentasi.

Tapi, penelitian ini adalah studi observasional. Sehingga tidak bisa menentukan penyebabnya. Para peneliti juga tidak bisa mengesampingkan beberapa risiko yang diamati mungkin disebabkan oleh faktor lain.

Baca Juga: Tanggapan WHO Soal Penangguhan Vaksin AstraZeneca di Beberapa Negara

"Dalam studi prospektif besar yang dilakukan di Jepang dengan tingkat konsumsi kedelai yang tinggi, tidak ada hubungan signifikan antara asupan produk kedelai total dan semua penyebab kematian," jelas para peneliti dikutip dari Express.

Sebaliknya, asupan produk kedelai yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian dini lebih rendah. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa produk kedelai yang difermentasikan berkaitan dengan manfaat kesehatan tertentu.

Namun, penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih diperlukan. Karena, kita perlu paham efek kesehatan dari kedelai yang difermentasi dan menginformasikan pengembangan produk yang lebih sehat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI