Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan European Medicines Agency, telah menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca. Persetujuan ini berdasarkan program klinis global yang melibatkan 23 ribu peserta.
Perusahaan tersebut mengatakan kala itu semua evaluasi menyimpulkan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif untuk melawan virus corona Covid-19.
Tapi minggu ini, Denmark dan Norwegia telah menangguhkan penggunakan vaksin AstraZeneca karena berkaitan dengan kasus pembekuan darah.
Keputusan itu diambil setelah sejumlah pasien mengalami pembekuan darah usai divaksin, termasuk pria usia 50 tahun di Italia yang meninggal dunia karena trombosis vena dalam (DVT).
Baca Juga: Vaksin Novavax 100 Persen Cegah Kematian akibat Covid-19, Ini Buktinya!
Seorang wanita usia 49 tahun di Austria yang meninggal karena gangguan koagulasi yang parah dan emboli paru lainnya dimasukkan ke rumah sakit.
Kini, otoritas kesehatan telah meluncurkan penyelidikan atas laporan dan vaksin tersebut. Penangguhan menandai kemunduran lain untuk peluncuran vaksinasi Eropa yang mulai gagap, setelah awalnya tertunda.
Tapi, apakah vaksin AstraZeneca ini tidak aman?
European Medicines Agency (EMA) telah mengonfirmasi tidak ada indikasi bahwa vaksin Oxford-AstraZeneca meningkatkan risiko penggumpalan darah.
Sebuah laporan mengklaim hanya menemukan 30 kasus tromboenboli dari 5 juta orang Eropa yang sudah suntik vaksin.
Baca Juga: Usai Suntik Vaksin Covid-19 Pertama, Dokter Ini Alami Malaise Semalaman!
"Saat ini tidak ada indikasi bahwa vaksinasi telah menyebabkan kondisi ini, yang tidak terdaftar dalam efek samping suntikan vaksin tersebut," jelas EMA dikutip dari Express.
Bahkan, EMA menjelaskan kalau manfaat vaksin justru melebihi risikonya dan vaksin bisa terus diberikan meskipun penyelidikan kasus tromboemboli masih berlangsung.
Meski begitu, EMA tak memungkiri bahwa kelompok tertentu mungkin tetap khawatir dengan vaksin AstraZeneca. Tapi, ia berani memastikan bahwa vaksin ini tidak mungkin berpotensi menyebabkan kecacatan.
"Batch ABV5300 telah dikirim ke 17 negara Uni Eropa dan terdiri dari 1 juta dosis vaksin. Beberapa negara UE juga telah menangguhkannya sebagai tindakan pencegahan dan melakukan penyelidikan penuh," jelasnya.
Inggris pun menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin AstraZeneca, yang dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Oxford awal tahun 2021 ini.
Beberapa negara lain juga telah mengikuti karena suntikan vaksin itu terbukti 30 persen atau lebih efektif dalam mencegah infeksi virus corona Covid-19.
Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) telah menjamin keamanannya dan vaksin tetap aman digunakan.
Di sisi lain, Denmark dan Austria baru-baru ini melihat adanya peningkatan kasus pembekuan darah pada orang yang telah suntik vaksin.
Dalam pernyataan yang dirilis hari ini, AstraZeneca mengatakan tidak menemukan peningkatan risiko pembekuan darah.
"Analisis data keamanan kami terhadap lebih dari 10 juta catatan telah menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru atau trombosis vena dalam pada kelompok usia, jenis kelamin, dan kelompok tertentu," demikian rilis dari AstraZeneca.