Ibu Hamil Pelihara Kucing Hinga Marmut, Dokter Waspadai Infeksi Toksoplasma

Jum'at, 12 Maret 2021 | 19:38 WIB
Ibu Hamil Pelihara Kucing Hinga Marmut, Dokter Waspadai Infeksi Toksoplasma
Ilustrasi ibu hamil. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memelihara kucing hingga marmut memang menyenangkan hati. Sayangnya khusus ibu hamil, dokter menyarankan untuk menghindari dua hewan tersebut.

Sebab, ada risiko infeksi parasit toksoplasma yang mengintai. Penyakit apa itu?

Parasit Toksoplasma adalah mikroorganisme yang berbahaya bila menginfeksi ibu hamil, karena bisa menganggu perkembangan dan pertumbuhan janin.

Bakteri ini banyak tumbuh dan berkembang biak dalam saluran pencernaan kucing dan hewan pengerat lainnya seperti tikus, marmut hingga tupai.

Baca Juga: Survei: Pandemi Memperparah Gangguan Kecemasan pada Wanita Hamil

Itulah kenapa ibu hamil tidak disarankan memelihara sederet hewan ini. Terlebih jika hewan tersebut tidak terawat dengan baik, dan kesehatannya tidak terkontrol.

"Parasit tersebut masuk ke dalam tubuh ibu hamil dan menyerang organ-organ tubuh janin, maka dapat terjadi kecacatan secara permanen, seperti retardasi mental, gangguan tumbuh kembang, gangguan kecerdasan, atau bahkan menyebabkan janin tidak berkembang," ujar Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr. dr. Wiku Andonotopo, SpOG(K)FM, Ph.D., FMFM dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

Mengutip Alodokter, jika ibu hamil memelihara kucing di rumah maka harus berhati-hati saat membersihkan membersihkan kandang atau kotoran kucing.

Hal ini dikarenakan tinja kucing atau benda yang berisiko terkena kotoran kucing, seperti tanah atau pasir tempat kucing membuang kotoran, bisa membuat ibu hamil berisiko terpapar parasit toksoplasm.

Apa jadinya jika sudah terlanjur menginfeksi ibu hamil?

Baca Juga: Temukan Makhluk Tak Terduga saat Santap Kerang, Faktanya Bikin Kaget

Beruntung kelainan pada anak akibat parasit ini bisa terdeteksi melalui pemeriksaan fetomaternal oleh dokter spesilis konsultan fetomaternal. Selanjutnya terapi bisa dilakukan untuk mengurangi dampaknya yang semakin parah.

"Dokter harus menginformasikan kondisi ibu dan janin sejelas-jelasnya, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada janin," ungkap Dr. Wiku.

"Dengan demikian calon ayah dan ibu dapat bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk yang akan terjadi serta tindakan medis yang harus dilakukan," pungkas Dr. Wiku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI