Suara.com - Satu tahun usai Covid-19 masuk ke Indonesia, kasus masih belum terkendali dan masih menunjukkan kenaikan dari hari ke hari.
Namun berbeda dengan beberapa negara, yang berhasil mengendalikan pandemi.
"Negara-negara yang berhasil cepat menjaga kestabilan dan memutus mata rantai seperti China, HongKong, Taiwan, dan Vietnam selain berpengalaman dalam menghadapi pandemi, seperti SARS CoV 1 di 2003, tampak jelas negara bila masyarakat disiplin dan mampu bekerja sama," ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M. Faqih, dalam konferensi pers, Rabu (10/3/2021).
Berikut beberapa temuan penting yang berhasil dihimpun PB IDI, yang bisa menjadi pegangan pemerintah dan diketahui oleh masyarakat:
Baca Juga: Vaksin Nusantara Disebut Bermasalah, BPOM: Data yang Diberikan Tidak Sama
1. Menghadapi varian corona baru B117 dan varian N439K
Belum lama ini pemerintah mengumumkan temuan baru virus corona B117 yang berhasil masuk ke Indonesia. Bahkan di dunia ditemukan varian lebih baru lagi yakni N439K di Inggris.
"Varian N439K ini sudah ada di lebih dari 30 negara, yang disebut lebih 'pintar' dari varian sebelumnya, karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," ujar dr. Daeng.
2. Penularan melalui airborne atau droplet udara
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengingatkan dunia bahwa penyebaran SARS CoV 2 adalah transmisi airborne melalui droplet (percikan air liur) di udara.
Baca Juga: Atur Pola Makan Bisa Jadi Solusi Halau Stres di Masa Pandemi Covid-19
"Transmisi aerosol tidak mesti batuk atau bersin yang menularkan virus, namun berbicara dan bernapas normal pun dapat mengeluarkan virus," terangnya.
Diketahui droplet hasil dari batuk atau bersin berukuran lebih besar atau mengendap di lantai. Sedangkan hasil dari nafas dan berbicara normal yang berukuran kecil bisa melayang di udara selama 1 hingga 3 jam dan virus bisa hidup.
3. Pakai masker kurangi 90 persen penularan
Penggunaan masker yang baik dan benar sangat penting, meskipun ada risiko 10 persen keluarnya droplet hingga mikrodroplet (droplet berukuran lebih kecil) dengan pemakaian masker terlalu lama, namun sangat ampuh mengurangi penularan.
Banyak orang terinfeksi Covid-19 tidak bergejala. Inilah yang membuat pemakaian masker di tempat umum jadi kewajiban.
"Dari kumpulan laporan-laporan di berbagai negara menunjukkan antara 5 hingga 80 persen orang yang dites positif SARS CoV 2 mungkin tidak menunjukkan gejala, dan menyulitkan pengendalian karena tidak mungkin setiap hari semua orang ditest," papar dr. Daeng.
4. Antibodi vaksin hanya untuk satu orang
Mendapat vaksin Covid-19, bukan berarti sudah melindungi semua orang, sehingga orang di sekitar yang belum divaksin masih akan berisiko terinfeksi Covid-19.
"Maka selain vaksinasi Covid-19 ketaatan terhadap protokol kesehatan dan upaya menurunkan viral load sangat diperlukan untuk mengakhiri pandemi," jelasnya.
5. Sehat dan tidak stres kunci melawan virus
Selain menjaga kesehatan dengan berolahraga dan makan makanan seimbang, menjaga pikiran agar tidak stres juga kunci menjaga imunitas tubuh, sehingga tanpa perlu intervensi obat, dengan sendirinya tubuh bisa melawan virus.
"Orang yang memiliki penyakit baik diketahui dan tidak, berisiko mengalami badai sitokin yang bisa mengarah ke gejala berat hingga kritis," katanya.
"Beberapa penelitian membuktikan mengkonsumsi vitamin D3 5.000 IU dan vitamin C bisa mencegah terinfeksi dan keparahan ketika terinfeksi Covid-19 secara bermakna," pungkas dr. Daeng.