Suara.com - Vaksin AstraZeneca sudah tiba di Indonesia. Total sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca didapatkan dari kerja sama skema COVAX.
AstraZeneca akan dialokasikan bagi mereka yang masuk dalam tahap vaksinasi kedua, yang menyasar para lansia dan petugas layanan publik. Termasuk di dalamnya adalah para pedagang pasar, ojek online, serta para guru dan tenaga pendidik.
Sebelumnya, vaksin AstraZeneca sudah masuk dalam daftar penggunaan izin darurat (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Adapun hasil analisis interim uji vaksin berteknologi adenovirus ini di sejumlah negara dengan varian baru Corona seperti Afrika Selatan, Brasil hingga Inggris, yaitu sebesar 70,4 persen.
Kandungan dan Cara Kerja Vaksin AstraZeneca
Baca Juga: BPOM Setujui Vaksin AstraZeneca, Seberapa Besar Tingkat Efikasinya?
Universitas Oxford di Inggris mengumumkan hasil analisis dan uji coba vaksin AstraZeneca, pada tanggal 23 November 2020 lalu. Vaksin dengan nama ChAdOx1 nCov-19 atau AZD1222 telah diuji coba di Inggris dan Brasil, dan menunjukkan kemanjuran hingga 90 persen.
Vaksin AstraZeneca juga telah menggunakan teknologi dari perusahaan pemintalan Oxford, Vaccitech.
Kandungan vaksin AstraZeneca berisi bahan genetik dari protein lonjakan. Setelah vaksinasi, sel akan menghasilkan protein lonjakan yang merangsang sistem kekebalan untuk melawan virus Sars-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19.
Kemudian, cara kerja vaksin AstraZeneca ini dengan menyebarkan vektor modifikasi virus pada simpanse, yang sebelumnya telah dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus).
Selanjutnya, vaksin AstraZeneca yaitu diberikan dalam dua dosis dengan jumlah masing-masing 0,5 milliliter. Adapun interval pemberian dosis lebih lama dalam rentang 8 hingga 12 minggu dikaitkan dengan kemanjuran vaksin yang jauh lebih besar.
Baca Juga: TOK! BPOM Izinkan Vaksin COVID-19 AstraZeneca karena Darurat
Jika interval kurang dari 6 minggu, maka efikasi akan menjadi lebih rendah yaitu 54,9 persen. Meskipun data ini belum ditinjau oleh peneliti lain, namun hal itu menunjukkan waktu antara dosis merupakan faktor kunci dalam kemanjuran vaksin AstraZeneca.
Menyadur laporan The Conversation, keunggulan vaksin AstraZeneca dibandingkan dengan vaksin lain adalah terkait dengan penyimpanan dan distribusi. Salah satu karakteristik utama dari vaksin yang juga dikenal dengan AZD1222 ini adalah dapat disimpan pada suhu 2-8 celcius, layaknya suhu lemari es pada umumnya.
Hal tersebut berbeda dengan beberapa vaksin Covid-19 lainnya. Pfizer misalnya, yang harus disimpan pada suhu yang sangat dingin. Dari ini, distribusi AstraZeneca dinilai bisa lebih luas karena penyimpanan relatif mudah.
Vaksin AstraZeneca disebutkan memiliki banyak rantai pasokan sebab memilki beberapa lokasi produksi, mitra sumber bahan baku, dan distributor yang tersebar di sejumlah negara. Kemitraan ini dinilai dapat mempercepat produksi dan distribusi.
Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Kepala BPOM, Penny Lukito mengatakan bahwa khasiat mutu vaksin ini hampir sama dengan vaksin Sinovac. Ia tidak menampik adanya efek samping dalam vaksin AstraZeneca, seperti rasa nyeri lokal, gatal, kemerahan, hingga efek samping sedang mual dan muntah.
Kendati demikian, efek samping tersebut menimbulkan antibodi dalam tubuh manusia.
Vaksin AstraZeneca dinilai dapat merangsang pembentukan antibodi pada penerima vaksin, baik populasi dewasa maupun lansia. Selain itu, Penny Lukito juga menjelaskan, titer antibodi setelah suntikan kedua pada dewasa usia 18-60 tahun peningkatan 32 kali, sementara 21 kali untuk populasi 60 tahun ke atas.
Hasil itu menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca dapat digunakan untuk masyarakat berusia lanjut atau di atas 60 tahun.
Itulah informasi mengenai cara kerja, keunggulan, hingga efek samping vaksin AstraZeneca. Semoga kehadiran vaksin ini makin mempercepat berakhirnya pandemi Covid-19. Jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, ya!
Kontributor : Rishna Maulina Pratama