Studi Boston Ungkap Alasan Golongan Darah A Lebih Mudah Tertular Covid-19

Sabtu, 06 Maret 2021 | 13:30 WIB
Studi Boston Ungkap Alasan Golongan Darah A Lebih Mudah Tertular Covid-19
Ilustrasi golongan darah. [National Cancer Institute/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah penelitian terbaru menunjukkan hubungan antara golongan darah dan tingkat keparahan infeksi Covid-19.

Ditemukan golongan A lebih mudah terinfeksi virus SARS CoV 2 penyebab sakit Covid-19 dibanding golongan darah lainnya.

Dalam penelitian ini, ilmuwan berfokus pada protein virus yang disebut receptor binding domain (RBD), yakni bagian virus yang menempel pada sel inang di tubuh manusia, atau sel sehat yang menjadi target virus untuk menginfeksi tubuh.

Hasilnya ditemukan RBD virus lebih kuat menarik sel pernapasan, pada orang dengan golongan darah A. Penelitian ini sudah dipublikasi dalam jurnal Blood Advances pada 3 Maret 2021 lalu.

Baca Juga: Polres Karawang Tetap Lanjutkan Penyelidikan Dugaan Penganiayaan Wartawan Meski Kalah Praperadilan

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

"Sangat menarik, dalam penelitian ini menunjukkan RBD virus SARS CoV 2 lebih menyukai antigen golongan darah A di sel pernapasan manusia," ujar Peneliti Studi Dr. Sean Stowell dari Brigham and Women's Hospital di Boston, mengutip Webmd, Sabtu (6/3/2021).

Pasalnya menurut Dr. Stowell, golongan darah adalah sebuah takdir yang tidak bisa diubah, dan sudah menjadi warisan dari orangtua. Tapi setelah pengetahuan diketahui, mencari solusi atau metode pencegahan jadi lebih mudah.

"Jika kita dapat memahami bagaimana virus menginfeksi tubuh dengan golongan darah tertentu, kita mungkin saja bisa menemukan obat-obatan atau metode pencegahan baru," papar Dr. Stowell.

Namun sayangnya, temuan ini tidak bisa seutuhnya mengambarkan atau memprediksi bagaimana virus corona mempengaruhi pasien dengan golongan darah tertentu, karena membutuhkan penelitian lebih lanjut.

"Penelitian kami bukan satu-satunya metode apa yang bisa dipertanggungjawabkan secara klinis atau praktik medisnya," pungkas Dr. Stowell.

Baca Juga: 5.680 Warga Batam Sembuh COVID-19

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI